Jakarta, CNN Indonesia -- Apa kamu pernah mendengar sesuatu seperti ‘Banten Girang’? Apa yang pertama terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata tersebut? Banten yang sangat gembira alias ‘girang’? atau yang lain?
Mungkin masih banyak yang belum tahu ya, apalagi yang bukan berasal dari provinsi Banten. Sebelum kita belajar lebih dalam soal Banten Girang lebih baik kita tanya-tanya dulu yuk ke mahasiswa di Universitas Sultan Agneg Tirtayasa (Untirta), apa mereka tahu soal Banten Girang. Saya menanyai mereka karena mereka melakukan studi di provinsi di mana Banten Girang berada yaitu Kota Serang, Provinsi Banten.
Apa Mahasiswa Tahu Soal Banten Girang?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemarin (31/10) saya menemui beberapa kawan mahasiswa di Untirta. Saya menanyai 5 orang dari berbagai jurusan tentang Banten Girang. Saya ingin tahu, apakah mereka yang menempuh pendidikan di ‘tanah Sultan’ ini kenal dan tahu tentang Banten Girang.
Saya menemui Septiana Zahira, mahasiswi semester 7 jurusan Ilmu Hukum. Ketika ditanya apakah ia tahu soal Banten Girang, ia menjawab dengan pasti “Enggak!” Saat mendengar kata itu, ia berpikir Banten Girang adalah sebuah perayaan yang diadakan di Banten.
Jawaban tak terlalu berbeda diungkapkan oleh Hanum Dzakiyah dari jurusan Agroekotoknologi, semester 7. Ia juga mengaku tak tahu soal Banten Girang, dan mendengar soal itu ia berpikir bahwa itu adalah salah satu destinasi wisata di Banten.
Jawaban yang cukup unik datang dari Tia Dedi mahasiswi jurusan Teknik Kimia semester 3. Dari kata ‘girang’ ia menganggap bahwa Banten Girang itu adalah Banten yang ekspresif. “Banten Girang itu kayak Banten yang ekspresif gitu tuh,” ungkapnya sambil tertawa.
Ada juga jawaban yang hampir betul, seperti yang diungkapkan Hani Maulia mahasiswi jurusan Ilmu Komuniaksi semester 3. Menurutnya Banten Girang itu nama suatu tempat di Banten khususnya Kota Serang. Hal senada juga diungkapkan oleh Nurul Aini mahasiswi jurusan Bahasa Inggris semster 3. Menurutnya Banten Girang mungkin sebuah nama tempat. “Apa ya, tempat bersejarah kali ya,” ungkapnya sambil tersipu.
Beberapa jawaban memang ada yang mendekati benar. Banten Girang itu merupakan salah satu lokasi bersejarah di Banten. Meskipun hampir semua menjawab tidak tahu, itu bukan berarti semua mahasiswa tidak tahu ya, itu hanya sebuah simulasi kecil. Nah sekarang kita cari tahu yuk soal Banten girang.
Kebetulan pada pertengahan tahun 2016 saya pernah beberapa kali mengunjungi Banten Girang dan berbicara banyak dengan juru kunci atau boleh dibilang orang yang tau soal sejarah Banten Girang. Namanya Abdu Hasan, usianya sudah 71 tahun.
Perannya menjadi juru kunci sudah ia lakukan sejak berusia 14 tahun. Peran sebagai juru kunci ini turun temurun dari kakek dan ayahnya. Nah di Banten Girang ini ada sebuah makam bersejarah yang dikeramatkan, di situlah Abdu Hasan berjaga.
Apa itu Banten Girang?
Banten Girang merupakan salah satu situs bersejarah di provinsi Banten. Lokasinya tak jauh dari pusat Kota Serang. Berada di desa Sempu, tak sampai satu jam dari kalau ditempuh dari alun-alun Kota. Menurut Abdu Hasan, dulu luas Banten Girang mencapai 8 hektar, tapi kini situsnya tak lebih lebar dari satu lapangan sepakbola.
Penyempitan lokasi situs ini karena kurangnya perhatian pemerintah dalam melindungi lokasi bersejarah. Jadi kini lokasi situs Banten Girang banyak yang sudah berubah menjadi pemukiman warga. Tersisa beberapa lokasi yang masih bisa kita lihat sisa-sisa masa Banten Girang.
Yang kini disebut sebagai situs Banten Girang adalah sebuah makam yang dikeramatkan, yang letaknya berada di sisi sungai Cibanten. Makam ini adalah makam Ki Mas Jong dan Agus Ju, konon mereka berdua adalah warga Banten Girang yang pertama masuk Islam. Banten Girang memang erat kaitannya dengan sejarah Islam di Banten.
Tempat ini sering dikunjungi oleh orang-orang yang berwisata religi alias berziarah. Tempat ini dikelola secara swadaya oleh juru kunci dan beberapa warga setempat. Dananya pun datang dari donatur dan kotak amal dari para peziarah. Pemerintah nampaknya kurang memperhatikan situs ini. Ini juga mungkin alasan kenapa Banten Girang tak se-ngetop Banten Lama. Selain lokasi makam, ada juga situs berupa gua bawah tanah. Dari lokasi makam kita harus berjalan kaki beberapa ratus meter untuk sampai ke lokasi gua ini. Di dalam gua terdapat tiga ruang kamar, gua tersebut merupakan tempat Prabu Pucuk umum bersemedi.
Di Banten Girang banyak sekali benda-benda yang bersejarah, seperti pecahan gerabah dan keramik yang berasal dari dalam dan luar negeri, pecahan tembikar seberat 318,12 kg. Pada umumnya wadah tembikar yang ditemukan di situs Banten Girang yang dipakai untuk keperluan sehari-hari. Yang pertama yang digunakan untuk menyimpan dan memasak bahan makanan dan yang kedua untuk menimba dan menyimpan air. Sedangkan fungsi yang ketiga untuk menyajikan makanan dan minuman serta fungsi yang keempat untuk wadah penerangan lampu.
Dulu Banten Girang adalah pusat pemerintahan masa Sunda Banten sebelum dipindah ke keraton Surosowan atau yang kini kita kenal dengan daerah Banten Lama. Pusat pemeritahan dipindahkan karena kondisi ekonomi di Banten Girang sudah tak lagi baik. Pada 1 Muharam bertepatan pada tanggal 8 Oktober 1526 pusat pemerintahan Banten Girang dipindah ke Surosawon (Banten Pesisir). Itu pula kenapa disebut ‘Girang’. Kalau diartikan girang itu artinya hulu. Jadi Banten Girang adalah Banten Hulu, hulu atau asal muasal Banten yang sekarang.
Jadi tak salah kan kalau kita menyebut kalau situs ini adalah situs yang sangat penting dalam sejarah Banten? Beberapa penelitian dan proses penggalian situs sejarah ini juga pernah dilakukan. Dan akhirnya menemukan beberapa temuan, di antaranya fungsi dari Banten Girang.
Apa fungsi Banten Girang?
Dulu Banten Girang adalah pusat pemkiman terpadat, hal itu bisa dilihat dari banyaknya persebaran artefak, teknopak, dan sosiopak. Selain itu fungsi lainnya adalah sebagai pusat acara dilihat dari adanya gua persemedian atau pemujaan. Dan Banten Girang juga berfungsi sebagai benteng untuk melindungi fungsi sebelumnya.
Ada beberapa fase kehidupan di Banten Girang, berikut penjelasannya :
1. Fase I : Fase subordinasi Pakuan-Pajajaran dimana gua dijadikan pusat upacara keagamaan bercorak Hiduistik (Hindu – Budha);
2. Fase II : Fase pendudukan/administrasi politik Islam masa Maulana Hasanuddin;
3. Fase III : Fase surutnya Banten Girang karena pusat administrasi politik dipindahkan ke Banten lama di pesisir, tetapi Banten Girang masih tetap digunakan bahkan sampai masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1652 – 1671), sultan Banten kelima.
4. Fase IV : Fase akhir, ketika Banten Lama sudah diancurkan oleh Daendels pada tahun 1815, dimana diduga frekuensi penggunaan Banten Girang semakin menurun.
5. Fase resen, okupasi lanjut oleh penduduk Banten Girang masa sekarang yang digunakan untuk lahan pertanian dan lahan pemukiman.
Perjalanan sejarah Banten Girang lebih panjang dari itu kawan. Kalau kamu mau tahu lebih lengkap, kamu bisa berkunjung langsung ke situs tersebut di daerah Sempu, Kota Serang, Provinsi Banten. Hanya 3 jam dari Ibukota Jakarta.. Sebagai anak muda, jangan lupa sama sejarah dan budaya bangsa ya.
(ded/ded)