Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa para ilmuwan seringkali memberi nama berbagai spesies, hewan, tumbuhan, dan lain-lain dengan nama latin? Kenapa harus nama latin ya? Kenapa tidak bahasa Melayu? Atau Mandarin? Atau Arab? Kita cari tahu, yuk.
Para peneliti mulai menggunakan bahasa Latin sejak abad ke 5 hingga 15. Meskipun orang-orang di seluruh dunia menamai berbagai organisme ke berbagai bahasa, namun sekelompok ilmuwan di Eropa mulai menggunakan bahasa Latin.
Ilmuwan di Eropa mulai menerjemahkan nama-nama yang umum digunakan dari beberapa bahasa berbeda ke dalam bahasa latin. Nama Latin seringkali panjang dan rumit, dan termasuk berbagai istilah deskriptif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses penamaan ini lalu disederhanakan menjadi dua suku kata saja atau disebut binominal. Sistem penamaan ini mulai dikembangkan pada pertengahan abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-17 oleh sekelompok naturalis yang dikenal sebagai herbalists.
Pada 1735, seorang naturalists dari Swedia, Carolus Linnaeus mem-formalkan sistem penamaan ini dengan sebutan binominal nomenclature. Dia mengelompokkan berbagai organisme ke dalam kelompok-kelompok klasifikasi seperti spesies, genus, keluarga, phylum, dan lain-lain.
Para ilmuwan lain mulai menyukai sistem ini, lalu mengadopsinya, dan terus berkembang hingga saat ini.
(rkh/rkh)