Jakarta, CNN Indonesia -- Perburuan liar terhadap gajah makin memprihatinkan. Sebuah penelitian baru-baru ini mendapati, kebanyakan gading gajah dari Afrika, yang berhasil disita aparat, ternyata berasal dari gajah yang mati dalam tiga tahun terakhir.
Hasil penelitian yang dimuat di Proceedings of the National Academy of Sciences, membuktikan bahwa perburuan liar terhadap gajah masih terus terjadi. Populasi gajah di benua Afrika terus menurun.
Gajah liar di Afrika tengah telah turun 62 persen pada kurun waktu 2002-2011. Di Cagar Alam Selous di Tanzania, gajah sabana telah turun populasinya sebesar 66 persen pada kurun waktu 2009-2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilmuwan mengidentifikasi DNA yang terkunci di gading gajah hasil sitaan di 28 lokasi. Tiap-tiap lokasi setidaknya memiliki setengah ton gading.
Mereka mendapati kecocokan gading itu dengan 1.350 sampel DNA yang diambil dari 71 spot di 29 negara berbeda.
Untuk mengetahui kapan kira-kira gajah-gajah yang diambil gadingnya mati, mereka menggunakan metode carbon dating, dengan menghitung waktu peluruhan isotop carbon atau carbon-14.
Hasilnya, 90 persen gading gajah diambil dari gajah yang dibunuh kurang dari tiga tahun sebelum gading itu disita pemerintah. “Artinya, hampir semua gading itu adalah hasil perburuan yang baru-baru saja,” kata Thure E. Cerling, seorang geochemist di Universitas Utah, Salt Lake City, yang menulis studi itu.
Perdagangan Gading TerlarangSejak 1989, perdagangan gading gajah sebetulnya sudah dilarang. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang mengusulkan hal itu.
Tapi penelitian tadi membuktikan, perburuan liar terhadap gajah tak kunjung berhenti.
Catatan dari WWF mendapati, puluhan ribu ekor gajah diburu setiap tahun untuk diambil gadingnya.
Gading-gading gajah itu bisa diubah menjadi ukiran dan perhiasan yang berharga. China adalah pasar terbesar produk gading gajah itu.
(ded/ded)