Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi seorang remaja yang akan menggunakan hak pilihnya pada pemilihan kepala daerah serentak, Februari 2017, Kinara Mamore Pattisiana mengakui masih minim sekali informasi yang diperlukannya.
Siswi SMA Kolose Gonzaga dan seorang pemilih pemula pada Pilkada DKI Jakarta ini mengatakan situasinya masih abu-abu banget. “Kan kami gak bisa milih kalau memang belum ada debat antar calon dan program-program mereka kan belum semua mereka keluarkan dan masih abu-abu banget tentang potensi-potensi yang masing-masing calon miliki,” ujarnya saat ditemui di sekolahnya minggu lalu.
Tak jarang pula dari mereka menjadikan media sosial menjadi salah satu acuan mereka untuk memilih. Wiliam Juniko, mengaku bahwa ia membuka berita-berita online di sosial media untuk mencari tahu mengenai calon yang akan ia pilih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seia sekata dengan Wiliam, Antonio Kenneth Martua Simanjutak juga mengaku bahwa selain dari kinerja yang sudah para calon lakukan, selain itu dia juga mencari informasi di media sosialnya.
“Yang paling berpengaruh untuk pilihanku itu ya dari media sosial yah. Apalagi untuk remaja seumuran kita pasti hubungannya dengan media sosial dan juga media elektronik jadi aku liat dari media itu,” ujar Kenneth.
Selain itu, Kinara juga menuturkan bahwa untuk mengerti bagaimana langkah ia akan memilih nantinya, ia dengan keluarganya suka berdiskusi politik dan melihat berita-berita update di media massa.
Menurut Gisella Desiree Primasti, menjadi pemilih pemula itu didorong atau pun tidak didorong, pasti mereka akan ikut untuk memilih karena sedang semangat-semangatnya.
Untuk acuannya saat Pemilu nanti, ia menuturkan bahwa selain melihat berita di media, ia juga suka bertanya kepada orang tuanya yang lebih dewasa dan lebih mengerti bagaimana berita di televisi.
(ded/ded)