Kita Pun Berpikir Seperti Sherlock Holmes

Nirwana Sari | CNN Indonesia
Kamis, 02 Mar 2017 14:16 WIB
Ketika kita menyimpan dan mengingat kenangan, aktivitas otak kita terlihat seperti Holmes, menurut sebuah studi baru.
Ilustrasi (Foto: Adhie Ichsan/Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Detektif fiksi Sherlock Holmes memiliki "pikiran seperti istana”. Pikiran yang sangat terorganisir, seperti katalog mental, hampir pada setiap memori yang pernah ada. Kamu pasti berpikir, mungkinkah kita bisa seperti Holmes?

Ketika kita menyimpan dan mengingat kenangan, aktivitas otak kita terlihat seperti Holmes, menurut sebuah studi baru. Temuan ini juga membantu kita menemukan tanda-tanda peringatan dini dari hilangnya ingatan pada penyakit seperti Alzheimer.
 
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa ketika orang melihat sebuah acara untuk pertama kalinya dan ketika mereka diminta untuk mengingat nanti, daerah otak yang sama diaktifkan. Tapi apakah orang-orang yang berbeda mengkodekan memori yang sama dengan cara yang sama, sudah lama diperdebatkan.

Jadi ilmuwan mencoba mencari tahu hal itu pada kisah Sherlock Holmes. Sebuah kelompok yang dipimpin oleh Janice Chen, post doctoral di Departemen Psikologi Universitas Princeton dan Yuan Chang Leong, mahasiswa pasca sarjana di Stanford University di Palo Alto, California, melakukan penelitian pada 22 peserta dengan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), mesin yang menjejak aliran darah di otak untuk mengukur aktivitas otak. Penelitian itu dilaporkan di jurnal Nature Neuroscience.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan memperlihatkan pada responden segmen 48 menit kisah Sherlock di BBC. Kira-kira paruh pertama episode pertama serial ini, "A Study in Pink". Setelah itu, Chen meminta para relawan untuk menceritakan tentang episode yang mereka ingat.

"Hal pertama yang paling mengena kita adalah seberapa baik memori seseorang," kata Chen. Dia awalnya mengharapkan kebanyakan orang akan berbicara selama 10 menit atau lebih. Sebaliknya, rata-rata peserta menghabiskan lebih dari 20 menit menjelaskan acara, termasuk jenis topi yang dikenakan Sherlock, warna di apartemennya, dan hubungan antara karakter.

Ketika peneliti membandingkan aktivitas otak pemirsa saat menonton Sherlock dan ketika mereka mengingat memori. Pola otaknya sangat mirip bahwa para ilmuwan secara akurat bisa mengidentifikasi mana adegan peserta menggambarkan pada waktu tertentu hanya dengan melihat hasil fMRI mereka .

"Ini lebih dari sekadar menunjukkan bahwa beberapa bagian dari otak aktif selama beberapa adegan film," kata Chen, “Kami menunjukkan bahwa ada pola otak yang berbeda, seperti sidik jari, untuk setiap adegan film."

Selanjutnya, tim menggabungkan aktivitas otak semua peserta selama fase persepsi menjadi pola rata-rata tunggal. Kemudian mereka membandingkan pola rata-rata hasil fMRI dari fase recall peserta individu.

Jika aktivitas otak yang berhubungan dengan memori setiap orang berbeda dan individual, maka pola recall ini tidak akan cocok dengan baik, dengan pola otak kolektif kelompok saat menonton pertunjukan.

Tapi, para peneliti menemukan bahwa aktivitas otak ingat setiap peserta cocok pada kelompok rata-rata selama persepsi. Itu menunjukkan bahwa ketika manusia mengalami kejadian yang sama, otak mereka mengatur kenangan dalam cara yang sangat mirip.

Meskipun manusia secara alami berbagi arsitektur neural dasar yang sama, kebanyakan ilmuwan berpikir saat memori datang, kesamaan besar terbatas pada daerah otak seperti hippocampus, otak kecil, dan amigdala, sesuatu dalam otak kita yang sama seperti vertebrata lain.

Temuan ini bisa membuat para ilmuwan kognitif memikirkan kembali cara mereka melihat bagaimana pribadi dan ingatan kita yang benar-benar khusus.

Chen mengatakan, "Kita merasa kenangan itu unik, tetapi ada banyak kesamaan antara kita dalam cara kita melihat dan mengingat dunia, bahkan pada tingkat pola aktivitas otak ini yang diukur pada skala milimeter," katanya.

Ilmuwan yang bekerja untuk penyakit neurodegenerative terkait memori seperti Alzheimer mungkin bisa menggunakan teknik ini untuk mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini dari kehilangan memori atau untuk mengembangkan lebih akurat, benchmark berbasis pencitraan untuk kehilangan memori. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER