Jakarta, CNN Indonesia -- Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ditetapkan oleh pemerintah sekaligus menghormati Pahlawan Pendidikan Nasional, bertepatan dengan hari lahir, Ki Hajar Dewantara, 2 Mei 1889.
Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959. Dia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno, pada 28 November 1959.
Hardiknas, menjadi hari istimewa bagi pelajar Indonesia. Pendidikan, bagai fajar menyingsing di ufuk timur menerangi bumi Indonesia, menuju senja berkesinambungan, terbit rembulan di ufuk malam. Bagai ‘dalam gelap terbitlah terang’ semboyan Ibu kita Kartini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada kata berhenti untuk kemajuan pendidikan di bumi Indonesia, perjuangan para orangtua, guru dan para pemberi keteladanan di negeri tercinta ini. Semoga terus saling memberi pelajaran, bekerja, bersyukur dalam doa dan tetap, satu Indonesia.
Semoga Indonesia, secepatnya dijauhkan dari pengkhianat bangsa yaitu kaum manipulator-koruptor, penghujat (
hoax). Notabene tidak menjadi keteladanan berbangsa dan bernegara, sangat merugikan dunia pendidikan negeri tercinta ini.
Pasang surut perjuangan pendidikan di negeri tercinta ini, salah satu hasil perjuangan akal budi manusia Indonesia terbaik menuju kehidupan berbangsa dan bernegara, disertai berbagai dinamika ide dan etos perjuangan melawan badai, menggempur sekat-sekat kolonial bangsawan dan hegemoni imperialisme. Jebol, terbuka, setara menuju fajar Indonesia merdeka.
Etos perjuangan Indonesia, mencapai kesetaraan pendidikan di tingkat dunia. Kini, telah tampak, putra-putri setara bermartabat di kancah pendidikan nasional maupun internasional. Maka lahirlah rakyat bersatu, para tentara dan polisi, para seniman modern dan tradisi, para sarjana bermanfaat bagi negeri tercinta, para pekerja kreatif, para pelajar dan mahasiswa Indonesia.
Dalam Semboyan Indonesia Unit: Anti Korupsi-Kolusi dan Nepotisme (KKN). Silih berganti perjuangan pendidikan Indonesia, setelah kemerdekaan. Indonesia menjadi anggota PBB ke-60 pada 28 September 1950. Presiden RI, ke I, Ir. Soekarno, memulai pidato pertamanya di Sidang Umum PBB ke XV, pada 30 September 1960.
Berdiri dalam satu sikap kesetaraan demokrasi. Kesetaraan kebangsaan. Kesetaraan pendidikan. Kesetaraan hak asasi manusia di muka bumi.
Indonesia, setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno, membentuk kabinet pertama disebut juga Kabinet Presidensial. Sebab presiden sebagai kepala pemerintahan memimpin langsung 23 anggota kabinet kala itu. Hingga kini Indonesia menganut sistem itu.
Salah satu dari anggota kabinet itu adalah Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan. (kini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Pada tahun 1957, beliau mendapat gelar doktor kehormatan dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta-Jawa Tengah. Setelah beliau mendirikan sekolah pendidikan Taman Siswa, pada 3 Juli 1922.
Hal luar biasa hebat. Meski ia tak pernah menepuk dada sebagai pemuka pendidikan bangsanya. Dalam perjalanan perjuangan Ki Hajar Dewantara, gigih bersikap setara, sejajar dengan bangsa kolonial kala itu. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah nasionalisme bersatu menuju masa depan.
Ki Hajar Dewantara, sebagai personal dan sebagai bangsa Indonesia kala itu, berkewajiban mencapai cita-cita pendidikan kebangsaan lebih luas, seperti telah dicapai oleh Indonesia kini. Tanpa kesombongan ketok-ketok palu dengan keras sekadar membuat bising, tak menjadi keteladanan.
Kakak dan Adik yang baik hati, mari memanjatkan doa, sebagai rasa syukur untuk para pahlawan dan pejuang atas apapun pencapaian bidang pendidikan di Indonesia kini, berkat cinta kasih Tuhan Yang Maha Esa. Salam Indonesia Unit.