Jakarta, CNN Indonesia -- Syarat utama untuk membangun sebuah peradaban adalah literasi dan budaya baca yang baik. Begitu tutur Suherman, Pustakawan LIPI, di acara Seminar Price Himaka yang di selenggarakan di Universitas Padjadjaran, baru-baru ini.
Ia menjelaskan bagaimana Jepang bisa maju hingga saat ini, yaitu karena literasi dan budaya baca yang baik. Semenjak kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu dan menyebabkan Jepang kalah di Perang Dunia II tanpa syarat, Kaisar Hirohito membangun lagi bangsanya dan perintah pertamanya adalah menghitung berapa jumlah guru yang masih hidup.
Indonesia sendiri, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di Amerika Serikat, yang bekerja sama dengan sejumlah peneliti sosial berada di peringkat 60 dari 61 negara terkait minat baca. Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia masih sangat kurang dalam minat baca.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia hanya berada di atas Bostwana yang berada di peringkat ke 61. UNESCO juga mengeluarkan hasil penelitiannya mengenai minat baca buku yang ada di Indonesia, yang hanya 0,001%. Hal tersebut berarti dari seribu orang, hanya ada satu orang yang membaca buku.
“Indonesia sendiri sejak awal merdeka tidak mempunyai Presiden yang memperhatikan lebih mengenai budaya baca buku,” tutur Suherman. Menurutnya Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya slot anggaran mengenai budaya baca. Berbeda dengan negara yang menjadi negara dengan peringkat satu dalam penelitian oleh Central Connecticut State University, Finlandia.
Faktor pendidikan juga mempengaruhi minat baca masyarakat. Seperti wilayah Jawa barat, Jawa Barat sendiri masih mempunyai masalah dalam bidang pendidikan, yang mana angka rata-rata lulusan sekolah yang ada di Jawa Barat hanya berkisar di 7,8 tahun, hal tersebut cukup mempengaruhi bagaimana minat baca yang ada di masyarakat Jawa Barat itu sendiri. Budaya baca sendiri tidak bisa serta merta dilakukan secara cuma-cuma, karena yang dibentuk adalah budaya. Sehingga tidak akan tiba-tiba terbentuk dalam sekejap.
Lalu, sekolah-sekolah yang ada di Jawa Barat, hanya 53% sekolah yang mempunyai perpustakaan, serta hanya ada sekitar 1,5% perpustakaan yang dikelola dengan baik. Hal ini merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang dilakukan di Jawa Barat.
Indonesia sendiri harus membangun budaya baca sejak dini, karena hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana Indonesia ke depannya. “Pembangunan Infrastruktur yang baik seperti perpustakaan harus serta merta dibarengi dengan baiknya sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut, agar pembangunannya tidak menjadi percuma,” katanya.
Akan tetapi ada permasalahan yang dihadapi Indonesia, seperti munculnya karya sastra yang merusak moral bangsa. Tidak dapat dipungkiri karya yang disebut karya selangkangan ini banyak beredar dengan bebas di Indonesia. Hal ini cukup dikhawatirkan, pemerintah juga harus mengambil sikap yang tegas mengenai hal tersebut. Moral bangsa dipertaruhkan karena munculnya karya sastra tersebut.
Indonesia juga masih darurat akan kebebasan, seperti kasus Agustus tahun lalu, sebuah perpustakaan jalanan di Bandung yang dibubarkan oleh petugas TNI. Hal tersebut cukup disayangkan, karena ada oknum TNI yang dianggap melakukan pemukulan terhadap salah satu anggota dari perpustakaan jalanan ini, di saat pembubaran dilakukan.
Atau mungkin kasus yang diterima mahasiswa Telkom University perihal perampasan buku yang dianggap membahayakan, karena mengandung bahasan komunisme. Walaupun kronologis yang diceritakan dalam dua kasus tersebut berbeda pihak, berbeda pula kronologisnya.