Munculnya Cerita dan Mitos di Balik Bencana di Sinabung

CNN Indonesia
Kamis, 06 Jul 2017 10:08 WIB
Masyarakat di kaki Gunung Sinabung di Tanah Karo menyikapi bencana dengan tindakan komunikasi. Lantas mengapa muncul cerita dan mitos?
Sejumlah siswa SD melintas di jalan yang dipenuhi debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung seusai bersekolah di Desa Gajah, Karo, Sumatera Utara (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
Bandung, CNN Indonesia -- Tak mudah bagi masyarakat di Desa Gurukinayan, Kabupaten Karo untuk menjalani kehidupan seperti semula. Hal ini disebabkan erupsi Gunung Sinabung yang berkepanjangan. Aktivitas kehidupan sehari-hari pun berlangsung tidak normal karena dipengaruhi bencana. Masyarakat di desa tersebut akhirnya hidup dalam ketidakpastian.

Dalam ketidakpastian, pola komunikasi masyarakat desa Gurukinayan akhirnya terpengaruh oleh peristiwa erupsi Gunung Sinabung yang terjadi. Masyarakat di sana kemudian melakukan aktivitas komunikasi dengan pemaknaan apa yang telah terjadi.

Rudianto Nurdin, mahasiswa program doktor Pascasarjana Fikom Unpad kemudian meneliti peristiwa-peristiwa komunikasi yang berlangsung, topik-topik pembicaraan di tengah masyarakat serta perilaku masyarakat saat erupsi Gunung sinabung terjadi.

Dengan adanya erupsi Gunung Sinabung, maka muncul mitos dan cerita tentang makhluk gaib yang menjadi penunggu Gunung Sinabung. “Sosok yang dikenal masyarakat adalah Nini Lau Pirik dan Beru Karo. Sosok tersebut dipercaya sebagai makhluk gaib di sekitar Sinabung,” ujar Rudianto ketika dihubungi via telepon.

Menurut Rudianto, masyarakat Desa Gurukinayan tidak memiliki pemahaman dan pengalaman tentang bencana erupsi. Tindakan komunikasi terkait bencana yang dilakukan masyarakat hanya didasari pada nilai, budaya dan kepercayaan yang selama ini dianut oleh masyarakat. Karenanya, mitos sosok penunggu Gunung Sinabung sempat mencuat kala erupsi Gunung Sinabung terjadi.

Rudianto akhirnya melakukan penelitian yang berjudul Komunikasi Masyarakat di Kawasan Bencana Erupsi Gunung Sinabung (Studi Etnografi Komunikasi pada Masyarakat Desa Gurukinayan, Kabupaten Karo). Melalui penelitian ini, Rudi ingin mengkaji dan mengetahui pola komunikasi masyarakat di Kawasan Bencana Erupsi Gunung Sinabung, terutama saat erupsi terjadi.

Untuk menunjang penelitiannya, Rudi memakai teori konstruksi sosial atas realitas dan teori interaksi simbolik. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu metode etnografi komunikasi. “Karena dengan metode ini kita dapat melihat pola komunikasi pada sebuah masyarakat tutur. Termasuk peristiwa, topik-topik pembicaraan dan aktivitas komunikasi masyarakat,” ujar Rudi menjelaskan alasannya untuk memakai metode etnografi komunikasi.

Tak lupa, untuk mendukung penelitiannya Rudi memilih masyarakat Desa Gurukinayan. Masyarakat Desa Gurukinayan dipilih karena mereka hidup dalam situasi bencana. Lokasi desa mereka pun sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Tak ayal, masyarakat desa tersebut layak dijadikan sebagai subjek penelitian oleh Rudi.

Rudi juga menambahkan bahwa masyarakat desa tersebut selama ini menyandarkan kehidupan dari pertanian di sekitar gunung. Karena itu, ketika erupsi terjadi maka perilaku komunikasi masyarakat sebagai komunitas tutur pun berubah. Meskipun kondisinya seperti itu, masyarakat Desa Gurukinayan tetap mencoba menjalani kehidupan sebaik-baiknya.

Penelitian yang berlangsung selama dua tahun ini akhirnya mengetahui bahwa pola komunikasi masyarakat Desa Gurukinayan diwarnai dengan berbagai aktivitas komunikasi. Peristiwa komunikasi pun turut mewarnai pola komunikasi masyarakat yang terkait erat dengan peristiwa bencana erupsi yang sedang terjadi.

Mirip dengan peristiwa erupsi gunung api di tempat lain, erupsi Gunung Sinabung pun memunculkan berbagai cerita dan mitos. Cerita dan mitos ini terkait sosok gaib yang menjadi penunggu Gunung Sinabung. Namun, masyarakat memaknai erupsi Gunung Sinabung kali ini sebagai sebuah peristiwa bencana alam. Berdasarkan pengetahuan warga dari peristiwa serupa di daerah lain, mereka paham bahwa yang sedang mereka alami merupakan bencana.

Sebelumnya, tahun 2010 telah terjadi erupsi Gunung Sinabung, masyarakat Desa Gurukinayan menghubungkan peristiwa ini dengan sesuatu yang bersifat gaib. Warga percaya bahwa erupsi terjadi karena kemarahan dari penunggu Gunung Sinabung. Akhirnya, setelah erupsi tahun 2013 masyarakat memaknai erupsi Gunung Sinabung sebagai teguran dari Tuhan kepada umatnya khususnya masyarakat yang berada di sekitarnya.

Terkait pengalaman penelitiannya, Rudi bercerita bahwa dirinya pernah beberapa kali diterpa debu vulkanik hingga bermalam di tengah suasana erupsi. “Saya pernah masuk ke desa-desa yang rata dengan tanah karena awan panas. Kondisinya sangat mengenaskan dan memprihatinkan,” tutur Rudi.

Peranan Kedai Kopi
Ada hal menarik ketika melihat pola komunikasi masyarakat Desa Gurukinayan ketika terjadi erupsi Gunung Sinabung. Hal menarik tersebut adalah peranan kedai kopi. Bagi masyarakat Gurukinayan, kedai kopi merupakan sumber mendapatkan informasi tentang banyak hal. Duduk berkumpul di kedai kopi adalah salah satu kebiasaan warga di desa Gurukinayan, terutama para pria pasti akan mengunjungi kedai kopi sebelum berangkat ke ladang untuk menyapa sesama warga desa.

Kedai kopi bagi masyarakat Desa Gurukinayan tidak hanya sekedar tempat untuk menikmati segelas kopi, tetapi menjadi tempat untuk bertemu, berinteraksi serta berkomunikasi antara sesama warga. Pembicaraan warga di kedai kopi umumnya menggunakan bahasa Karo. Setelah terjadi erupsi Gunung Sinabung, kedai kopi menjadi tempat interaksi warga termasuk membahas dan membicarakan bencana erupsi Gunung Sinabung.

Di kedai kopi sendiri, terdapat berbagai macam interaksi dan peristiwa komunikasi lainnya. Ketika interaksi terjadi, masyarakat kerap membahas erupsi Gunung Sinabung, masalah-masalah kesulitan ekonomi yang dihadapi warga setelah erupsi melanda desa mereka. Selain itu, mereka juga kerap membahas persoalan masa depan dan pendidikan anak-anak mereka yang terganggu akibat erupsi yang terjadi. Hal lain yang sering dibahas adalah tentang bantuan dan kepedulian dari pihak pemerintah yang dianggap kurang memberikan perhatian kepada masyarakat. “Warga juga sering membicarakan kapan bencana erupsi Gunung Sinabung akan berakhir,” tambah Rudi

Apabila peristiwa erupsi Gunung Sinabung pada 2010 dan 2013 dibandingkan, maka akan terdapat banyak perbedaan. Misalnya ketika erupsi Gunung Sinabung 2010, warga sangat panik dan saling memberitahu warga lainnya untuk menyelamatkan diri. Namun pada 2013, warga desa Gurukinayan menjadi lebih paham dan memiliki pengalaman dalam menghadapi erupsi. Pemahaman dan pengetahuan itu kemudian membuat perilaku masyarakat menjadi lebih tenang, terkendali dan tidak panik saat terjadi erupsi. Masyarakat semakin lama semakin terbiasa dengan erupsi Gunung Sinabung yang hampir terjadi setiap hari, sejak 2013 hingga kini.

Butuh Penelitian Lebih Lanjut
Menurut Rudi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pola komunikasi bencana untuk mengungkapkan dan menambah kajian-kajian substansial di balik peristiwa bencana. Tak lupa, penelitian lanjutan harus menggunakan pendekatan ilmu komunikasi lainnya agar diperoleh temuan-temuan baru yang dapat menjelaskan realitas-realitas di tengah masyarakat yang berada di kawasan bencana.

Dia pun mengingatkan pentingnya pendekatan komunikasi dalam rangka pengurangan resiko bencana. Karena itu, pola komunikasi masyarakat di kawasan bencana harus dipelajari, dipahami. Pola komunikasi masyarakat bahkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak terkait dalam penanganan dan pengambilan keputusan terkait aktivitas penanggulangan bencana di suatu daerah.

Selain itu, dia mengingatkan bahwa masyarakat harus lebih waspada dalam melihat gejala dan tanda-tanda meletusnya gunung berapi. Salah satu solusinya yakni dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penanganan bencana alam.

“Selain mempelajari pola komunikasi masyarakat, perlu adanya peningkatan kerjasama antara pihak-pihak terkait dalam penanganan bencana alam khususnya masyarakat sekitar gunung,” tambah Rudi. Semoga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan pihak terkait lainnya lebih intensif dalam melakukan sosialisasi dan pelarangan tegas kepada masyarakat terkait pelanggaran memasuki zona bahaya yang telah ditetapkan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER