Bogor, CNN Indonesia -- Kepala sawit adalah komoditas yang memasok bahan baku untuk industri minyak sayur, kosmetik, biofuel, dan sebagainya. Tapi ada ancaman penyakit busuk pangkal batang (
basal stem rot) yang bisa mematikan tanaman ini. Untung ada mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah membuat ‘obatnya’.
Mereka adalah Muhammad Alwin Azhari, Ike Wahyuni Putri, Ahmad Irvan Pratama dan Radika Evita Hidayah dari Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan IPA IPB. Mereka tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-PE) dengan judul
Fungisida Eco-Friendly Ganoderma boninense Berbasis Nano-trichodermin sebagai Pengendalian Basal Stem Rot pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis).
“Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) pada kelapa sawit disebabkan oleh patogen
Ganoderma boninense yang menyerang tanaman tua, tetapi juga tanaman yang masih muda. Hingga saat ini pengendalian yang efektif untuk pengendalian serangan hama tersebut belum ada,” ujar Alwin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia dapat merusak komposisi mikroba di dalam tanah, akibatnya keseimbangan kondisi mikroba tanah terganggu, polusi lingkungan, dan adanya dampak negatif pada tumbuhan dan manusia.
Penggunaan bahan kimia dalam penanganan penyakit busuk pangkal batang salah satunya menggunakan fungisida
heksakonazol.
Heksakonazol memiliki bahan aktif yang berbahaya bagi organisme di lingkungan kelapa sawit tersebut, sehingga tidak aman dan tidak ramah lingkungan.
“Diperlukan solusi yang lebih baik dalam mengatasi masalah penyakit busuk pangkal batang yakni menggunakan agen hayati (organisme tertentu) yakni
Thricoderma sp.,” katanya.
Trichoderma sp. merupakan
fungi indigenous yang berpotensi sebagai biokontrol dalam menekan pertumbuhan
Ganoderma penyebab penyakit BPB. Aplikasi
Trichoderma yang selama ini diberikan pada lubang tanam saat di
pre-nursery,
main nursery atau lubang tanam di lapangan dinilai kurang efektif dan efisien.
“Pembuatan dalam bentuk
nano-trichodermin akan membantu penggunaan obat lebih efiesien (hanya perlu konsentrasi rendah), mudah dalam mencari bahan dan membuatnya, langsung mengenai target (hama), tidak bersifat racun dan ramah terhadap lingkungan (
Eco-friendly),” tuturnya.
Penelitian ini dilaksanakan pada Februari hingga Agustus 2017, bertempat di Laboratorium Biokimia IPB dan Laboratorium Penelitian Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Bogor, Jawa Barat. Metode yang dilakukan yaitu penyiapan isolat, pembuatan
nanoemulsi, analisis dan enkapsulasi. Setelah itu dilakukan optimasi dosis dan uji aktivitas
antifungi Trichoderma,
Nano-Trichodermin dan
Heksakonazol terhadap
G. boninense. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
Nano-Trichodermin lebih mampu dan efektif dalam mengatasi penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh
G. Boninense.
Melalui penelitian ini Alwin dan kawan-kawan berharap dapat memberikan alternatif fungisida yang aman dan ramah lingkungan yang sekaligus dapat menghambat penyakit busuk pangkal batang di perkebunan kelapa sawit, serta nantinya teknologi berbahan dasar fungi ini dapat berguna dan lebih lanjut bisa dikembangkan pada skala massal.