Jember, CNN Indonesia -- Semestinya e-KTP alias KTP elektronik akan mempermudah soal-soal kependudukan kita. Tapi, ketika pelaksanaannya banyak persoalan di sana-sini, proyek e-KTP juga menebar bau busuk korupsi. Sudah begitu, teknologinya juga bakal ketinggalan zaman. Begitulah kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.
Catatan CNN Student, setidaknya ada empat teknologi yang ditanamkan ke dalam KTP elektronik itu, yaitu chip, blangko atau smart card, biometrik, dan perangkat pembaca e-KTP. Chip-nya merupakan kartu berbasis microprocessor dengan memori 8 KB, untuk menyimpan biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari.
Sedangkan smart card terbuat dari bahan khusus polyethylene terephthalate glycol (PET-G), yang telah lulus uji Sentra Teknologi Polimer BPPT di Puspiptek Serpong. Materialnya tahan temperatur -25 derajat Celsius sampai 70 derajat Celsius. Ia juga tahan bahan kimia tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biometrik adalah pengidentifikasi individu berdasarkan ciri yang melekat, seperti ciri fisik, sidik jari, mata, suara, dan sebagainya. Nah, untuk perangkat pembaca e-KTP sendiri dilengkapi modul biometrik sidik jari.
Meski sudah terbilang canggih, Menteri Nasir mengatakan, sekarang sudah muncul teknologi lebih canggih lagi. “KTP elektronik yang lagi ramai, nantinya akan ditinggalkan. Ditinggalkan karena ada inovasi baru dengan ada penemuan mikrochip sangat kecil yang ditanam dalam pembuluh darah," katanya, di Jember, seperti dilansir Antara, Kamis (28/9).
Ia mengatakan microchip itu bisa merekam data kependudukan selama satu tahun bahkan merekam riwayat kesehatan selama setahun. Menteri Nasir mengatakan, tekanan darah, fungsi ginjal dan data-data kesehatan seorang warga juga akan diketahui dengan mikrochip yang ada dalam pembuluh darah.
Kalau data di mikrochip ini dimasukkan dalam data besar maka warga bergerak di mana saja termasuk di luar negeri bisa diketahui. “Ini teknologi yang tidak bisa dikibuli. Tugas kantor juga gak bisa dimanipulasi karena terekam semua,” katanya.
Menteri Nasir menegaskan penemuan mikrochip itu merupakan inovasi dari hasil riset sehingga menjadi tantangan bagi para mahasiswa dan dosen. Dia mengharapkan riset para mahasiswa, dosen dan para peneliti harus menghasilkan inovasi yang menjawab kebutuhan masyarakat terkini.
"Kalau riset itu baik maka akan menghasilkan inovasi. Riset kalau hasilnya hanya publikasi maka hanya penuhi perpustakaan saja. Itu tidak cukup. Riset peneliti baik dosen, mahasiswa, harus menuju inovasi," katanya, seraya meminta para mahasiswa dan dosen untuk menghasilkan penelitian yang bisa mendukung daya saing nasional dan perekonomian Indonesia.
Inovasi terbukti tidak saja mengubah ekonomi dunia tapi juga di Indonesia sehingga menghasilkan berbagai kemudahan dalam beraktivitas sehari-hari. Nasir memberikan contoh inovasi di sektor transportasi di mana era sekarang ini masyarakat menggunakan sepeda motor dan mobil yang menggunakan bahan bakar minyak.
Dengan inovasi, katanya, maka manusia bisa menciptakan kendaraan yang tidak memakai bensin dan solar, dan saat ini sedang menuju kendaraan berbahan bakar listrik. “Sekarang muncul mobil listrik. Nanti pun sudah nggak pakai listrik karena pakai matahari. Ada juga sepeda motor memakai tenaga matahari," katanya.
Menteri Nasir mengatakan kalau dulu mahasiswa naik taksi dan angkot harus menuju ke pangkalan atau menunggu di pinggir jalan raya atau memanggil melalui telepon maka hal itu sudah mulai ditinggalkan. “Dipanggilpun belum tentu datang. Naik angkot harus ke tempat tertentu. Nah, ini ada inovasi baru yakni naik kendaraan tanpa keluar rumah dengan sistem online," katanya.
Dia mengatakan munculnya aplikasi Gojek, Grab dan sejenisnya merupakan hasil inovasi sehingga hal itu menjadi tantangan bagi mahasiswa dan dosen saat menghasilkan riset.