Publikasi Ilmiah Indonesia Makin Banyak di Pusat Data Scopus

CNN Indonesia
Rabu, 04 Okt 2017 16:04 WIB
Scopus adalah pusat data untuk literatur ilmiah sedunia. Jumlah publikasi ilmiah Indonesia di sini rupanya meningkat signifikan. Apa penyebabnya?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/IgorBukhlin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah publikasi ilmiah Indonesia yang dipublikasikan oleh Scopus meningkat signifikan beberapa waktu terakhir. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, mengatakan Scopus mempublikasikan 12.098 publikasi ilmiah Indonesia per 2 Oktober 2017.

“Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan capaian publikasi ilmiah internasional Indonesia pada bulan Agustus pada angka 9.501 publikasi,” ujar Mohamad Nasir, seperti dilansir Antara, di Jakarta, Selasa (3/10).

Scopus adalah entitas paling dikenal oleh peneliti di dunia, dan dimiliki oleh Elsevier, salah satu penerbit utama di dunia. Scopus adalah pusat data yang mempublikasikan puluhan juta literatur ilmiah. Scopus membuat indeks untuk memberikan informasi yang akurat mengenai metadata masing-masing artikel ilmiah, termasuk data publikasi, abstrak, referensi, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Scopus, Indonesia berada di peringkat ketiga di atas Thailan (10.924) publikasi dan di bawah Singapura yang  menghasilkan 14.616 publikasi. Nasir optimistis publikasi ilmiah internasional Indonesia pada akhir tahun dapat melampaui Singapura.

"Sebelumnya pada 2016 Indonesia berada di peringkat empat dengan jumlah publikasi sebanyak 11.865. Untuk itu, saya optimis di akhir tahun 2017 publikasi Indonesia mampu mencapai angka 15.000-17.000 dan dapat menggeser Singapura yang berada di peringkat dua,” katanya.

Sementara itu, jurnal nasional yang terindeks pengindeks internasional bereputasi pada tahun ini mengalami peningkatan signifikan, meningkat dari 0 menjadi 33 jurnal. Sedangkan, jurnal nasional yang terindeks di Directory of Open Access Journal meningkat tajam dari 76 menjadi 931 jurnal. Jurnal Nasional Terakreditasi meningkat dari 75 menjadi 283 jurnal.

"Momentum ini harus dijaga," kata Menteri Nasir. Dia mengatakan peningkatan itu terjadi karena dukungan program dan kebijakan Kemristekdikti, khususnya di dunia penelitian perguruan tinggi dan juga lembaga penelitian.

Salah satu kebijakan yang diharapkan dapat mendongkrak semangat dosen dan peneliti untuk dapat terus melakukan penelitian dan publikasi ilmiah ialah dengan diterbitkannya Permenristek Dikti No 20/2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Regulasi itu mengamanatkan publikasi ilmiah merupakan salah satu indikator untuk melakukan evaluasi terhadap pemberian tunjangan profesi dosen dan kehormatan guru besar.

Selain itu, ada juga Peraturan Menristek Dikti No 44/2015 yang mendorong mahasiswa strata dua (S-2) dan S-3 mampu menghasilkan publikasi yang terindeks global. Kemristekdikti juga telah membuat sistem aplikasi yang dinamakan Science and Technology Index (Sinta) yang diakses melalui Sinta.ristekdikti.go.id untuk mendata publikasi dan sitasi nasional serta internasional oleh dosen dan peneliti Indonesia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER