Jayapura, CNN Indonesia -- Penelitian arkeologi Papua masih kalah dari negara tetangga Papua Nugini baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kesenjangannya jauh sekali. Di Papua Nugini banyak situs yang sudah diketahui umur penanggalannya.
Termasuk aspek publikasi dalam bentuk buku dan artikel dalam bahasa Inggris, hasil penelitian arkeologi Papua Nugini sudah banyak.
Yang perlu dipelajari dari Papua Nugini yaitu metode penelitian, analisis polen, analisis C-14 dan penanggalan absolut lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketertinggalan penelitian arkeologi Papua dikarenakan biaya penelitian yang tinggi, wilayah Papua yang sangat luas dan wilayahnya tertutup, serta untuk wilayah tertentu sulit dijangkau. Selain itu faktor gangguan keamanan menjadi kendala penelitian di wilayah tertentu.
Kendala lainnya dalam penelitian arkeologi adalah belum adanya laboratorium, tenaga ahli yang menguasai penanggalan atau dating situs dan tenaga ahli untuk mengetahui genetika dan ras manusia.
Papua dan Papua Nugini, merupakan tetangga dekat dengan satu konteks budaya, satu konteks geografis serta satu akar budaya, di mana letak Papua merupakan pertemuan Asia dengan Polinesia, Micronesia, Melanesia dan Australia.
Papua secara geografis dalam zaman es merupakan satu geografis dengan Australia dan Papua Nugini.
Geomorfologi Papua dan Papua Nugini memiliki karakter yang sama, jajaran pegunungan tengah, membentang dari Paniai hingga Papua Nugini. Pada masa prasejarah Papua dan Papua Nugini memiliki karakter budaya yang sama.
Contohnya, gerabah hanya ditemukan di pesisir Papua dan Papua Nugini. Gerabah di Papua Nugini ditemukan di pesisir utara dan selatan, sedangkan di Papua hanya di pesisir utara, dan pesisir wilayah Kepala Burung. Pola hias gerabah dari Situs Gua Skouw Mabo Jayapura memiliki kesamaan dengan gerabah dari Gua Lachitu dan Gua Taora di Vanimo, Papua Nugini.
Hari Suroto
Arkeolog di Papua