Bahasa Gaul Sampai ke Orang Asing

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 08 Nov 2017 15:39 WIB
Bahasa gaul sekarang lebih populer ketimbang bahasa Indonesia yang baik. Apa jadinya kalau orang asing terpapar bahasa gaul itu?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/Jacob Ammentorp Lund)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Apa bedanya bohong dengan bokis?” celetuk teman baru saya yang asli dari Jepang. Pada saat itu, seketika saya terkejut. Mengapa orang Jepang dapat mengetahui bahasa gaul dari bohong yaitu bokis?

Dengan wajah polosnya saat menanyakan hal itu, saya meyakini kalau ia memang sungguh-sungguh bertanya. Karena penasaran, saya pun bertanya tahu dari mana ia tentang kata bokis itu. Lalu ia pun menjawab dari teman Indonesia-nya.

Di Indonesia memang dikenal memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda. Misalnya, jika anak muda berbicara kepada guru/dosen/orang tua mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang formal agar terlihat sopan. Berbeda ketika anak muda itu bertemu dengan teman sebayanya. Ia cenderung akan berbicara lebih santai atau informal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, apakah yang membedakan gaya berbicara formal dan informal? Gaya berbicara pada orang yang lebih tua biasanya menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku, sedangkan berbicara pada teman sebaya atau pada suasana informal biasa menggunakan bahasa gaul (prokem).

Berdasarkan pengertiannya, bahasa prokem atau bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Menurut sejarah, bahasa prokem merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam pergaulan anak-anak remaja. Pada saat itu bahasa prokem dikenal sebagai 'bahasanya para bajingan atau anak jalanan' disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.

Pada era tahun 2000-an, bahasa gaul sudah terasimilasi dan dijadikan sebagai percakapan sehari-hari di lingkungan sosial bahkan ke media-media populer seperti televisi, radio, film, dan majalah-majalah yang berorientasi pada remaja. Terlihat jelas dari tayangan-tayangan di televisi seperti sinetron, dalam pembawaan mereka menggunakan bahasa gaul, contoh paling standar “gue” dan “lo”. Bahkan ada sinetron yang membuat bahasa gaulnya sendiri dan terkenal di masyarakat, seperti “he to the llo hello” yang dulu sangat terkenal di kalangan remaja.

Saat ini penyebaran bahasa gaul bahkan sampai ke media sosial. Salah satu bahasa gaul yang ramai dituliskan oleh para pengguna media sosial saat ini, yaitu “kids zaman now” yang arti sebenarnya anak-anak jaman sekarang. Yang pada awalnya kalimat ini digunakan sebagai meme dan semakin lama menjadi populer di kalangan masyarakat.

Bahasa-bahasa gaul seperti inilah yang diciptakan oleh remaja-remaja di Indonesia sebagai penerus bangsa. Hal ini juga berdampak pada anak-anak yang kisarannya masih sekolah dasar ikut berbicara bahasa gaul kepada teman sebayanya.

Orang-orang asing yang berada di Indonesia, khususnya yang akan berkuliah di Indonesia biasanya mencari informasi di Internet untuk mengetahui budaya masyarakat Indonesia. Bahkan ada yang mencari tahu melalui Google bahasa gaul Indonesia.

Mereka berpikir bahwa bahasa yang mereka temui di internet ini adalah bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia. Sehingga, mereka ingin mempelajari bahasa gaul tersebut agar lebih mudah berbicara dengan orang Indonesia. Dari pencariannya di Google pun ia dapat mengetahui cukup banyak bahasa gaul seperti nembak, kepo, jijay, pewe, lebay, sotoy, gokil, bete, mager, dan lain-lain.

Ketika saya bertanya mengenai bahasa Indonesia aslinya dari salah satu kata di atas, ia memberikan jawaban dengan wajah bingung dan menggeleng. Namun ketika saya bertanya apa maksud dari kata di atas, ia memahaminya seperti kata “mager” yang dalam bahasa Inggris berarti lazy.

Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang lebih senang menggunakan bahasa gaul ketimbang menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam keseharian mereka berkomunikasi. Itulah yang menyebabkan orang asing yang lebih mengetahui bahasa gaul ketimbang bahasa Indonesia, dan membuat mereka mengira bahwa bahasa inilah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Permasalahan tersbut terlihat kecil, namun sebenarnya ini adalah masalah yang serius. Berikut bisa kita lihat dampak-dampak penggunaan bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa: (1) Eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul; (2) Menurunnya derajat bahasa Indonesia; dan (3) Menyebabkan punahnya bahasa Indonesia.

Perlukah tindakan untuk mengurangi penggunaan bahasa gaul di masyarakat? Jawabannya tentu perlu, karena penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit pengguna bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Tapi bagaimana caranya kita mengurangi penggunaan bahasa gaul dan mengimbau masyarakat agar mulai menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar?

Berikut beberapa solusinya:
(1) Diperlukan pembelajaran berbicara bahasa Indonesia sedari kecil oleh orang tua. Dalam mengajar anak berbicara, diperlukan penggunaan bahasa Indonesia yang benar
(2) Selain pelajaran bahasa Indonesia secara tertulis, diperlukan pelajaran berbicara sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Pelajaran ini dikhususkan saat berada di taman kanak-kanak hingga sekolah dasar
(3) Pembatasan penggunaan bahasa gaul pada media populer seperti televisi, radio, dan majalah
(4) Untuk orang asing yang bersekolah di Indonesia, diberikan pembelajaran khusus mengenai bahasa Indonesia sebelum memulai pembelajaran.

Memang tidak ada salahnya untuk sehari-hari berbicara menggunakan bahasa gaul, seperti gue dan lo yang nampaknya tidak bisa dilepaskan oleh anak zaman sekarang. Namun jangan sampai penggunaan bahasa gaul itu membuat kita lupa dengan tutur budaya bahasa Indonesia yang sebenarnya.

Apalagi sampai kepada orang asing lebih mengetahui bahasa gaul kita ketimbang tutur budaya asli Indonesia. Untuk itu, sebagai masyarakat Indonesia kita harus bangga terhadap bahasa kita. Kita tidak boleh malu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berbicara maupun mengirimkan pesan melalui media sosial. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER