Penerapan Bahasa yang Baik dan Berbagai Problematikanya

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 08 Nov 2017 17:37 WIB
Problematika bahasa daerah dan bahasa Indonesia di tengah gempuran bahasa asing, bahasa gaul, dan globalisasi.
Ilustrasi (Foto: CNN Indonesia/Anggit Gita Parikesit)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia dengan segala ragam budaya dan suku memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Fungsi bahasa daerah tentu saja sebagai lambang kebanggaan daerah juga sebagai penghubung komunikasi antar warga di daerah tersebut. Meski begitu Indonesia memiliki bahasa ibu untuk menyatukan diri dalam bahasa, yaitu bahasa Indonesia.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dadang Sunendar mengatakan sebanyak 139 bahasa daerah di Indonesia saat ini statusnya terancam punah (Liputan6.com 02-08-2016). Contohnya saja bahasa Sunda.

Bahasa Sunda terancam punah, dibuktikan dari data yang diperoleh hasil penelitian Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat (BBPJB) Kementerian dan Kebudayaan RI. Bahwa hanya sekitar 40 persen anak-anak di Jawa Barat (Jabar) yang mengetahui dan bisa berbahasa Sunda (republika.co.id 26-08-2013).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mempertahankan bahasa Sunda sudah selayaknya menjadi tugas generasi muda. Ironisnya, anak muda sekarang lebih merasa bangga dengan menggunakan bahasa kekinian (gue, lo) dan bahasa asing.

Menurut Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Denny Yusuf saat membuka Festival Drama Basa Sunda (FDBS) XVIII 2017, karena akulturasi budaya di mana suku lain menetap di Jawa Barat, maka khasanah bahasa Sunda mendapat pengaruh. Di satu sisi hal ini sangat menggembirakan karena bertambahnya gaya bahasa pengguna, tapi di sisi lain sangat mengkhawatirkan karena kondisi bahasa aslinya mulai ditinggalkan (pikiran-rakyat.com 20-03-2017).

Contoh kecil bisa dilihat adanya pendatang baru berasal dari luar daerah yang berdatangan ke Jawa Barat demi menuntut ilmu di perguruan tinggi. Kesempatan ini selayaknya bisa dijadikan ajang untuk memperkenalkan bahasa Sunda.

Pada kenyataanya, mahasiswa asli Sundanya pun enggan berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda dengan sesama Sunda asli. Apalagi turut mengajarkan kepada teman yang berasal dari luar daerah.

Ironisnya, alih-alih memperkenalkan bahasa sendiri, justru mereka ikut-ikutan menyebut dirinya dengan sebutan gue dan menyebut orang lain dengan sebutan lo yang konon katanya adalah bahasa Betawi.

Dilihat dari sejarah, sebenarnya Kata “Gue” dan “Lo” ini berasal dari bahasa Mandarin Hokkien yang merupakan bahasa China. Ini merupakan tulisan kata “Gue/Gua” yang berarti “Saya/Aku” menurut bahasa Mandarin Hokkien (我), dan yang satu ini adalah tulisan kata “Lo/Lu” yang berarti “Kamu/Anda” menurut bahasa Mandarin Hokkien (你).

Maksud dari bahasa Mandarin Hokkien adalah bahasa Mandarin yang telah disederhanakan. Itu artinya bahasa tersebut bukan benar-benar bahasa Betawi asli, namun tetap diagungkan.

Peran Keluarga
Bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali diajarkan kepada bayi oleh orang tuanya, terutama oleh ibunya. Pemahaman bahasa ibu menurut Sukardi Gau Kepala Kantor Bahasa Gorontalo, adalah bahasa yang diterima pertama oleh penutur.

Anak biasanya lebih dekat dengan ibunya, sehingga bahasa ibu adalah bahasa yang diajarkan pertama oleh seorang ibu. Idealnya, bahasa ibu adalah bahasa daerah yang pertama kali diajarkan kepada anak (Kompas.com 21-02-2017).

Untuk itu ibu bisa memilih bahasa mana dulu yang akan diperkenalkan pada anak. Berdasarkan pendapat Sukardi, jika ibu pertama kali memperkenalkan bahasa daerah berarti itu bahasa ibu bagi anak tersebut. Namun ibu pun tetap harus mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.

Bahasa Indonesia dan bahasa daerah memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus tetap dipergunakan dan dipertahankan untuk menjalin komunikasi. Namun pada kenyataannya keluarga zaman sekarang lebih mengutamakan memperkenalkan bahasa Indonesia dan bahasa asing. Sehingga mau tidak mau bahasa daerah menjadi tergeser dan tidak dikenali pemiliknya lagi.

Memperkenalkan bahasa asing memang tidak ada salahnya, namun alangkah lebih baik bila memperkenalkan bahasa asli di mana anak tersebut dilahirkan. Karena keluarga merupakan perantara pertama yang menghubungkan anak dengan bahasa, maka orang tua pun harus ikut turut serta dalam mempertahankan bahasa daerah.

Sebaiknya orang tua sekarang juga tidak terbawa arus perkembangan zaman yang mendoktrin bahwa bahasa gaul menjadi bahasa yang utama. Pengenalan bahasa utama tetap harus bahasa ibu dan bahasa daerah terlebih dahulu. Anak bisa tidaknya menggunakan bahasa ibu maupun bahasa daerah dipengaruhi oleh apa yang diajarkan oleh orangtuanya.

Peran Pemerintah
Kurikulum 2013 menjadi kurikulum yang diperdebatkan banyak pihak. Pasalnya mata pelajaran bahasa daerah sempat akan dihapus. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang sangat besar. Mengingat dengan begitu bahasa daerah yang dimiliki Indonesia makin lama akan mulai menghilang karena generasi mendatang sudah tidak mengenal lagi bahasa daerahnya sendiri.

Momentum alih kelola SMA/SMK ke pemprov juga bisa menjadi upaya melestarikan Bahasa Sunda di sekolah-sekolah. Karena hal tersebut semakin memudahkan kurikulum belajar Bahasa Sunda yang bisa diseragamkan di SMA/SMK di seluruh Jawa Barat. Pemprov Jawa Barat juga telah memperhatikan pelestarian Bahasa Sunda dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda). Perda Nomor 14 Tahun 2014 merupakan revisi Perda Nomor 5 Tahun 2003 sebagai payung hukum dalam pelestarian bahasa, sastra, dan tulisan daerah Bahasa Sunda (pikiran-rakyat.com 20-02-2017).

Selain itu juga pemerintah bisa mewajibkan setiap stasiun televisi Jawa Barat untuk menyediakan tayangan minimal satu hari menggunakan bahasa Sunda agar masyarakat Sunda pun senang dan tidak lupa akan bahasanya, terutama diperkenalkan kepada anak-anak.

Pentingnya berbahasa pun diperingati pada Oktober yaitu Bulan Bahasa dan Sastra. Untuk itu pentingnya menjaga bahasa ibu dan bahasa daerah tidak hanya teringat pada bulan Oktober saja. Tetapi karena setiap saat kita selalu berkomunikasi menggunakan bahasa, maka saat itulah kita dapat memikirkan bahwa di setiap kata bahasa yang diucapkan, kita harus bangga memperkenalkan bahasa ibu terhadap orang luar negeri dan bahasa daerah kepada orang yang berasal dari luar daerah tempat tinggal kita.

Karena tidak ada salahnya saling berbagi bahasa antar sesama sekaligus bisa mempererat tali persaudaraan dan saling berbagi bahasa kepada saudara kita setanah air. Sebagai pelestari bahasa kita harus terlebih dahulu mengutamakan bahasa ibu dan bahasa daerah dibadingkan bahasa asing.

Siti Masitoh
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER