Jakarta, CNN Indonesia -- Bercanda maupun komedi
slapstick, bisa bikin kita tertawa. Tapi apakah cuma manusia yang punya selera humor? Jawabannya, tidak. Tapi itu tergantung apa definisi humor bagi kita.
Mengenai humor, setidaknya ada satu definisi yang diterima agak luas, yaitu yang disebut teori
incongruity. Secara mendasar, teori ini menyatakan bahwa humor terjadi ketika ada inkonsistensi antara apa yang diekspektasikan terjadi dan apa yang sebenarnya terjadi. Ini termasuk permainan kata-kata, ironi, maupun putaran nasib.
Dengan teori ini, mayoritas hewan tak punya selera humor, sebab mereka kurang dalam mekanisme kognitif dan jejaring yang membuat mereka bisa mengidentifikasi inkonsistensi itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mungkin Koko bisa dikecualikan. Koko adalah gorila dari dataran rendah barat yang bisa mengerti 1.000 bahasa isyarat Amerika dan 2.000 kata bahasa Inggris.
Primata cerdas ini tahu tak hanya bagaimana menggunakan permainan bahasa untuk menghasilkan efek humor tapi juga memahami komedi
slapstick.
Tapi ada beberapa masalah dalam teori
incongruity dan teori berkaitan. Teori ini tak bisa menjelaskan bagaimana komedi dengan punch line yang bisa diprediksi, bisa jadi lucu dan bisa jadi tidak lucu. Teori ini juga tak bisa menjelaskan alasan utama kita tertawa saat dibikin geli oleh teman atau keluarga.
Akhir-akhir ini, psikolog datang dengan teori berbeda. Mereka menyebut, humor bangkit dari apa yang disebut ‘pelanggaran lunak’ atau kata lainnya: sesuatu yang mengancam keberadaan seseorang, identitas, atau struktur keyakinan normatifnya, tapi secara stimultan kelihatan tidak apa-apa.
Pelanggaran lunak bisa menjelaskan mengapa ada beberapa hal yang menyebabkan kita tertawa, termasuk dibikin geli. Digelitik adalah pelanggaran terhadap ruang fisik seseorang. Kamu tentu enggak bisa bikin geli diri sendiri, sebab itu bukan pelanggaran, dan orang asing tidak bisa menggelitik kamu sampai tertawa, sebab kamu tidak melihatnya sebagai ‘pelanggaran ringan’.
Nah, dalam teori ini, beberapa hewan bisa disebut punya selera humor, kalau kita bicara dalam soal digelitik. Riset pada 2009 menunjukkan simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan, bisa menghasilkan suara seperti tertawa saat digelitik.
Studi berikutnya pada 2015 memperlihatkan bahwa simpanse bisa membuat wajah tertawa, seperti manusia.
Anjing juga dikenal bisa terlihat seperti ketawa dan memainkan wajah yang lucu. Lalu, tikus, hewan yang paling banyak mendapat perhatian penelitian karena kemampuannya untuk digelitik dan tertawa.
Ketika digelitik oleh orang-orang atau bermain dengan kasar dan berantakan dengan tikus lain yang berukuran sama, tikus memancarkan kicauan ultrasonik 50 kHz. Mereka senang digelitik sehingga mereka benar-benar mengejar jari telunjuk peneliti.
(ded/ded)