Jakarta, CNN Indonesia -- Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya baru saja meraih predikat perguruan tinggi dengan produk paling inovatif di Indonesia. Penghargaan itu disematkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Penilaian itu diberikan sebab ITS banyak menghasilkan produk riset yang siap dikomersialkan ke industri sehingga bisa dirasakan oleh masyarakat. Di antaranya mobil listrik, bus listrik, dan motor listrik.
Capaian ini tidak lepas dari iklim riset yang sangat positif di kalangan sivitas akademika ITS dan pengelolaan yang baik melalui Direktorat Inovasi, Kerja sama, dan Kealumnian," kata Wakil Rektor ITS bidang Inovasi, Kerja Sama, Kealumnian, dan Hubungan Internasional Prof Dr Ketut Buda Artana di Surabaya, Rabu (15/11) kemarin, seperti dilansir Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum riset diterapkan di masyarakat, ITS akan melakukan pengujian berupa Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT). TKT sendiri merupakan indikator yang menunjukkan seberapa matang suatu teknologi dapat diterapkan. Indikator ini memiliki rentang nilai satu hingga sembilan.
Di ITS, riset yang dilakukan LPPM ditargetkan mencapai level enam. "Kemudian untuk menaikkan TKT dari level enam menjadi sembilan adalah tugas Direktorat Inovasi tersebut," ujar Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan tersebut.
Level enam berarti bahwa produk teknologi dapat diuji di skala laboratorium. Sedangkan level sembilan menandakan bahwa produk teknologi telah benar-benar teruji dan berhasil dioperasikan. Banyak produk inovasi ITS yang sudah mencapai level tujuh, delapan, dan sembilan.
Contohnya motor listrik GESITS, salah satu produk inovasi ITS yang saat ini telah digaet industri dan diproduksi secara massal.
Tak hanya itu, saat ini, para peneliti ITS juga banyak memenangkan hibah kompetitif inovasi dari Kemenristekdikti. Pada tahun 2017, total dana yang dimenangkan ITS kurang lebih sekitar Rp15 miliar hingga Rp16 miliar, di samping dana lokal yang diberikan oleh ITS.
"ITS sendiri memberikan hibah sekitar Rp2 miliar sampai Rp2,5 miliar untuk menaikkan TKT. Jadi total yang diterima para peneliti ITS sekitar 17,5 miliar," katanya.
(ded/ded)