Bagaimana Bahasa Daerahmu?

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 12 Des 2017 18:17 WIB
Di beberapa daerah di Indonesia, mulai susah ditemukan penggunaan bahasa daerah. Bagaimana dengan kamu dan bahasa daerahmu?
Ilustrasi (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menurut Badan Bahasa Kemedikbud, bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing. Jika bahasa Indonesia saja mulai tergusur, lalu bagaimana nasib bahasa daerah yang mulai ditinggalkan?

Penggunaan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari sudah termasuk umum dan tidak aneh. Hampir setiap hari, di jalanan, saya pasti mendengar ada yang bercakap-cakap menggunakan bahasa asing. Awalnya mungkin tidak terbiasa, namun lama kelamaan menjadi biasa saja.

Hal tersebut bertolak belakang dengan penggunaan bahasa daerah. Di beberapa daerah di Indonesia, mulai ditemukan adanya penggunaan bahasa daerah. Kebanyakan sudah menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapannya. Perlu masuk ke daerah yang cukup jauh dari perkotaan untuk menemukan penduduk yang melakukan percakapan bahasa daerah secara umum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga saya lulus SMA, saya tinggal di sebuah kabupaten yang jaraknya lumayan jauh dengan ibukota provinsi Lampung. Hingga saya SMP, saya masih mendapatkan pelajaran bahasa Lampung yang dipelajari sama halnya dengan matematika dan bahasa Indonesia. Walau begitu, bahasa yang digunakan sehari-hari tetaplah bahasa Indonesia. Malah, masih banyak juga yang tidak bisa menggunakan bahasa Lampung.

Namun memang hal tersebut tidak berlaku di semua daerah saja. Di daerah seperti Jawa Barat misalnya, masih banyak ditemukan penggunaan bahasa daerah sebagai komunikasi sehari-hari. Namun, walau masih digunakan hingga saat ini, pasti disadari bahwa penggunaan bahasa daerahnya tidak sekental orang zaman dulu, alias sudah dicampur penggunaannya dengan kata bahasa Indonesia dalam membentuk sebuah kalimat utuh.

Faktor usia merupakan salah satu faktor yang memiliki hubungan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Di daerah manapun, semua pasti setuju bahwa golongan tua pastilah yang lebih akrab dalam penggunaan bahasa daerah. Sementara, golongan mudanya masuk ke dalam golongan yang lebih akrab menggunakan bahasa Indonesia. Ada pula yang menggunakan bahasa asing dalam kesehariannya. Timbullah pertanyaan di sini, jika masa golongan tua sudah lewat, lalu siapa yang menggunakan bahasa daerah?

Meningkatkan Penggunaan Bahasa Daerah
Seperti yang dipaparkan di atas, penggunaan bahasa daerah memang sudah semakin berkurang keberadaannya. Bahkan pada tahun 2016, 139 bahasa daerah dinyatakan punah oleh Kemendikbud. Artinya, masalah ini sudah semakin serius dan perlu mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah dan juga masyarakat.

Banyak hal yang bisa dilakukan ketika membicarakan tentang pelestarian bahasa daerah. Dari hal kecil yang bisa dilakukan tiap individu, hingga hal besar yang memerlukan campur tangan pemerintah.

Pertama, perlu adanya pengetahuan bagi tiap individu bahwa Indonesia merupakan negara kedua yang memiliki bahasa daerah paling banyak di dunia. Dengan diketahuinya hal tersebut, akan timbul rasa ingin mempertahankan peringkat tersebut. Karena memang, masih banyak orang yang merasa memiliki kebanggaan sendiri jika negaranya masuk dalam peringkat atas akan hal yang positif.

Kedua, bisa dengan menggunakan bahasa daerah untuk nama anak. Saat ini, semakin banyak orang yang memberi nama anaknya dengan nama ‘kebarat-baratan’. Ketika ditanya kenapa, jawabnya: “ya lebih keren aja, kan?” Padahal, untuk memberi nama keren tidak harus menggunakan bahasa asing. Bisa dengan bahasa daerah. Tidak harus bahasa daerahmu, bisa dari daerah lain. Di mana kita juga tahu benar banyaknya bahasa daerah di Indonesia, artinya akan semakin banyak pula pilihan yang bisa diambil.

Dengan digunakannya bahasa daerah tersebut, secara tidak langsung sudah membantu melestarikan bahasa daerah. Contohnya begini, orang tua yang memberikan nama tentunya akan meriset banyak bahasa daerah dan tanpa disadari menjadi lebih paham karena sudah berkutat dengan banyaknya bahasa daerah. Lalu, jika ada yang bertanya arti nama sang anak, dengan memberi tahu artinya saja sudah membantu melestarikan penggunaan bahasa daerah.

Walaupun terlihat sangat biasa dan mungkin manfaatnya dapat disepelekan banyak orang, menurut saya cara ini sangat baik jika dilakukan. Mungkin banyak yang belum paham, bahwa banyak sekali kata-kata indah yang ada dalam bahasa daerah dengan arti yang tidak kalah indahnya. Daripada hanya mengejar keren untuk sebuah nama, akankah lebih baik jika mengejar keren sekaligus mendapatkan arti yang indah, tidak lupa juga sudah bersumbangsih melestarikan bahasa daerah.

Ketiga, membiasakan berbicara bahasa daerah pada kehidupan sehari-hari. Tinggalkan pikiran bahwa bahasa daerah bersifat kuno, kampungan, dan ndeso. Bahasa daerah adalah jati diri bangsa Indonesia. Tidak sepatutnya kita malu akan hal tersebut. Lagipula, cara ini sudah terbukti efektif dengan melihat daerah-daerah yang masih menggunakan bahasa daerahnya.

Keempat, bisa dengan tetap mempertahankan pelajaran bahasa daerah di tiap sekolah hingga tahap SMA sesuai bahasa daerah setempat. Di daerah saya di Lampung sana, tiap SMA membuat kewajiban yang berbeda tentang pelajaran bahasa daerahnya. Ada yang masih mempelajarinya, namun ada juga yang tidak memasukkan ke dalam pembelajaran. Menurut saya, pembelajaran bahasa daerah di sekolah bisa mulai diperhatikan oleh pemerintah dan tiap sekolah sendiri.

Menurut saya, penggunaan bahasa manapun untuk percakapan sehari-hari tidak ada yang salah. Semua bahasa memang diciptakan untuk digunakan. Tidak ada salahnya mempelajari banyak bahasa asing, dan juga menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian.

Namun yang salah menurut saya adalah ketika seseorang melupakan bahasa daerahnya. Jika diibaratkan pohon, maka tumbuhlah setinggi-tingginya, selebat-lebatnya, pelajarilah banyak hal. namun jangan sampai melupakan akar sendiri, karena pohon tidak bisa hidup tanpa akar. Jangan sampai nanti terjadi, kalian bingung ketika ditanya, “bahasa daerahmu, bagaimana sih?” (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER