3 Pandangan Keliru Mengenai Kebun Binatang

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 27 Des 2017 12:08 WIB
Inilah fakta tentang penangkaran dan pandangan yang keliru dari masyarakat mengenai penangkaran dan kebun binatang.
Aktivis pengontrol kehidupan satwa liar 'Scorpio Wildlife' melakukan aksi di Kantor kementrian lingkungan hidup dan kehutanan. Jakarta. Senin 8 Agustus 2016. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penangkaran memegang peran penting atas pengetahuan masyarakat mengenai hewan. Setiap harinya, kebun binatang maupun seaworld akan dikunjungi oleh ribuan pengunjung untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau hiburan.

Seiring berjalannya waktu, beberapa rahasia penangkaran pun mulai terbongkar. Inilah fakta tentang penangkaran dan pandangan yang keliru dari masyarakat mengenai penangkaran dan kebun binatang:

Pertama, tidak semua binatang yang berada di kebun binatang merupakan hasil penyelamatan.
Contoh yang masih berlangsung hingga kini adalah penangkapan lumba-lumba di Taiji, Jepang. Setiap hari, nelayan Jepang memburu lumba-lumba untuk dijadikan aktor pertujukan Seaworld di berbagai belahan dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perburuan di Jepang ini telah dijadikan film dokumenter bertajuk The Cove oleh PETA (People for the Etchical Treatment of Animals). Selanjutnya, penangkaran tidak membuat para satwanya merasa nyaman, aman, dan senang.

Kedua, mayoritas masyarakat berargumen bahwa penangkaran adalah tempat yang baik bagi satwa langka untuk berkembang biak dan mereka tidak perlu berburu makanannya sendiri.
Argumen ini tidaklah benar karena berbeda dengan manusia, hewan dilahirkan dengan kemampuan dan naluri alami untuk berburu makanannya yang didukung oleh otot serta organ tubuh lainnya yang sangat kuat.

Pemberian makanan yang dilakukan di seluruh penangkaran akan melemahkan fungsi otot dan kepekaan naluri mereka. Sempitnya ruang gerak yang disediakan oleh penangkaran juga mengakibatkan satwa merasa bosan yang dapat membuat satwa menjadi stres. Tingkat stres pada satwa ditunjukkan dengan tingkah laku mereka yang tidak natural seperti gajah yang menggeleng-gelengkan kepalanya, macan yang berputar-putar di depan kandangnya dan lumba-lumba yang berdiam diri di Seaworld.

Tingkah laku yang tidak natural ini disebut dengan Zoochosis. Zoochosis adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan perilaku stereotip hewan dalam penangkaran. Perilaku stereotip ini digambarkan sebagai pola perilaku berulang dan berulang tanpa tujuan atau fungsi yang jelas. Tingkah laku tidak alami pernah ditemukan di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. Gajah ditemukan sedang memandang tembok selama lebih dari 5 menit.

Zoochosis menyebabkan jangka umur satwa menjadi pendek. Hasil survei terhadap 4.500 gajah menemukan bahwa gajah yang tinggal di kebun binatang hanya mencapai umur rata-rata 16,9 tahun, sementara gajah di alam liar dapat bertahan hidup hingga 56 tahun.

Ketiga, salah satu alasan didirikannya Kebun Binatang ataupun Seaworld adalah untuk mengedukasi masyarakat.
Survey mandiri dilakukan di beberapa kebun binatang dengan mengikuti lebih dari 50 pengunjung dan menemukan kesimpulan bahwa pengunjung tidak melihat satwa lebih dari 5 menit. Ini membuktikan bahwa pengunjung hanya ingin mendapatkan hiburan, bukan pencerahan mengenai satwa.

Animal show yang diadakan oleh kebun binatang untuk menunjukkan kecerdasan satwa bukanlah bentuk edukasi. Di alam liar, satwa tidak akan melakukan trik-trik yang mereka lakukan untuk menghibur pengunjung. Ini berarti kebun binatang tidak mengajarkan kita mengenai kehidupan alami binatangnya.

PETA percaya bahwa melindungi habitat asli satwa lebih baik daripada mengurung satwa di kebun binatang. Taman Safari yang di Afrika adalah contoh yang tepat untuk melindungi satwa.

Jika masyarakat ingin mempelajari mengenai binatang, masyarakat dapat berkunjung ke habitat asli mereka dan melihat langsung kehidupan mereka di alam liar serta cara mereka bertahan hidup. PETA juga percaya bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam membantu memberhentikan kekejaman terhadap satwa dengan tidak membeli tiket dan tidak mendukung bisnis yang melibatkan hewan di dalamnya. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER