Jakarta, CNN Indonesia -- Judul Buku : Kurt Cobain
Penulis: Gilbert Chocky
Penyunting: Imam Ardianto
Penerbit: Second Hope
Cetakan: 1, 2017
Tebal Halaman: 188
Perkembangan musik rock di Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Mulai dari datangnya band metal asal “Negeri Paman Sam”, munculnya band rock asal Eropa seperti The Beatles, hingga band-band lokal yang turut menyumbangkan karyanya untuk perkembangan musik rock yang pada era 1980–1990-an. Musik rock merupakan salah satu aliran musik paling digandrungi oleh para remaja pada masa itu.
Remaja yang hidup pada era 90-an mungkin sudah akrab dengan band beraliran
alternative rock, Nirvana. Salah satu band yang sempat menjadi primadona bagi penikmat musik rock tanah air. Banyak faktor yang menjadikan Nirvana menjadi band yang sangat disukai kalangan muda, salah satu faktor kesuksesan band tersebut dapat dipastikan diperoleh dari kharisma dan pengaruh sang vokalis, Kurt Cobain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nirvana merupakan band yang muncul pada awal 1990 dan masih eksis hingga saat ini. Meski sang vokalis sudah tiada dan band ini sudah bubar, tetap saja penggemar musik rock masih menghormati karya-karya yang dihasilkan oleh Nirvana.
Krist Novoselic dan Dave Grohl merupakan sahabat sekaligus saksi dari sang legenda Kurt Cobain dalam berkarya. Musikalitas dari Kurt Cobain tidak dapat diragukan lagi. Lahir pada 20 Februari 1967 di Washington, Amerika Serikat, Cobain sudah menunjukkan bakat seninya. Ia sangat suka melukis dan Cobain suka mengarang lirik sendiri, bahkan ketika masih balita. Bakatnya dalam bermusik juga didukung oleh keluarga yang memfasilitasi bakatnya tersebut.
Buku ini dibuka dengan riwayat bocah kecil yang mengalami masa-masa berat dalam hidupnya yang kemudian tumbuh menjadi seorang bintang rock legendaris. Masa kecil Cobain bisa dikatakan cukup beruntung hingga padaa akhirnya ia merasakan konflik yang terjadi pada keluarganya. Ayah Cobain, Don Cobain sering bersikap keras terhadapnya. Hingga pada akhirnya, Cobain menunjukan perilaku yang tidak wajar. Ia kerap bersikap kasar pada orang di sekitarnya.
Sampai pada akhirnya orang tua Cobain memutuskan bercerai pada saat usianya sembilan tahun. Hal itu merupakan pukulan terbesar bagi Cobain dan mengubah hidupnya secara mendalam. Ia kemudian didiagnosa menderita
histeria complex yang membuatnya menjadi sosok pemurung, tertutup dan semakin liar, alias tidak dapat mengendalikan emosinya.
Semakin ia besar, ia semakin menajdi pribadi yang tertutup dan liar. Kurt Cobain terobsesi dengan kematian dan bunuh diri. Sewaktu kecil, ia bercerita bahwa suatu saat ia akan mati bunuh diri. Cobain hanya terbuka kepada beberapa teman dekatnya, seperti Krist Novoselic, yang juga menjadi salah satu anggota band Nirvana. Hidupnya semasa SMA semakin berantakan. Ia bahkan dikeluarkan dari sekolah dan terjebak pada gaya hidup
bohemian-punk. Saat ia
drop-out dari SMA, Cobain kemudian bergaul dengan komunitas musik punk yang kemudian membuka pintu gebangnya menuju bintang rock papan atas. Pada awal merintis kariernya dalam sebuah band, Cobain beserta kawan-kawannya tidak begitu mendapatkan apresiasi dari penonton saat membawakan lagu-lagu pada album pertamanya, Bleach. Seiring berjalannya waktu, Nirvana mulai tampil di beberapa tempat dan menawarkan demo berisi 10 lagu pada label musik. Album keduanya yang berjudul Nevermind laku keras di pasaran. Beberapa lagu unggulan dari album itu berhasil mendatangkan profit yang baik untuk Cobain dan kawan-kawan.
Salah satu hits dari album yang meraih kesuksesan besar adalah Smells Like Teen Spirit. Video dari lagu tersebut secara terus menerus diputar di salah satu chanel musik terkemuka, yaitu MTV. Selain itu lagu ini juga berhasil masuk ke dalam jajaran
chart atau tangga lagu di Billboard Top 40, mengalahkan lagu milik mendiang Michael Jackson.
Akan tetapi, setelah mendulang sukses yang begitu besar, ada saja halangan yang terjadi pada Nirvana. Semasa putus sekolah, Kurt Cobain sudah terjerumus dalam dunia narkotika. Ia awalnya mencoba LSD dan ganja. Uang yang Cobain hasilkan dari kerja kerasnya sebagai musisi terkadang habis untuk mengobati kecanduannya terhadap heroin. Dia berulang kali keluar-masuk rehabilitasi narkoba.
Sampai pada akhirnya Kurt Cobain memutuskan untuk bunuh diri. Ia kabur dari rehabilitasi. Karena tekanan dari masa kecilnya, hingga masalah-masalah lainnya yang harus ia tanggung, Kurt Cobain mengambil nyawanya dengan cara menembak kepalanya sendiri.
Buku ini menceritakan secara detil tentang perjalanan hidup musisi rock legendaris, Kurt Cobain. Karena lengkapnya informasi akan Kurt Cobain, terkadang saya merasa penasaran dari mana penulis mendapat informasi tentang Cobain. Sebagai orang yang tidak terlalu dekat dengan musik Nirvana, saya tidak menyesal membeli buku ini.
(ded/ded)