Jakarta, CNN Indonesia -- Beruntunglah kalian yang dapat mengenyam pendidikan sampai ke tingkat sarjana. Masih banyak orang di luar sana yang punya keinginan untuk dapat mengenyam bangku perkuliahan seperti kalian. Namun karena mahalnya pendidikan yang ada di Indonesia cita-cita indah itu hanya menjadi sebuah mimpi yang tidak dapat terwujud.
Latar belakang ekonomi yang rendah menjadi alasan utama yang sering ditemui di masyarakat. Jangankan untuk berkuliah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih sulit. Pilihan yang ada dan cukup rasional ialah bekerja.
Kalian para kaum terdidik pasti tidak sedikit yang berpikir, kenapa tidak memanfaatkan beasiswa dari pemerintah yang ada? Kenapa tidak bekerja sambil kuliah? Kan banyak toh yang kuliah sambli kerja?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yaa, itu pertanyaan dan juga saran yang lumayan bagus. Tapi kondisi yang terjadi di lapangan tak seperti teori-teori yang kalian pelajari di ruang kelas dan tak semanis omongan para orang berdasi yang berbicara mengatasnamakan rakyat.
Beasiswa yang diberikan pemerintah itu terbatas, dan hanya orang-orang cerdas yang dapat menikmatinya. Apakah orang bodoh tidak boleh berkuliah? Bukankah tujuan mulia negara ini tertuang dalam pembukaan UUD yang salah satunya mencerdaskan kehidupan bangsa?
Siapakah yang ingin ditakdirkan menjadi bodoh? Saya rasa tidak ada satupun orang yang ingin ditakdirkan seperti itu. Apakah orang bodoh bukan termasuk bagian dari bangsa ini? Apakah dengan yang bodoh bukan termasuk dalam tujuan negara?
Saya rasa kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa” itu sangat jelas menjadikan fungsi negara untuk memberikan pendidikan semua warga negara tanpa terkecuali. Bukan membangun sekat-sekat antara si kaya dan si miskin.
Jika pertanyaan di atas diperdebatkan dengan para orang pintar yang sedang menjalankan negara tentunya kalian akan menemukan pertanyaan baru lagi. Berapa jumlah APBN kita? Apakah efektif mencurahkan dana yang besar untuk pendidikan bagi semua orang? Apakah semua yang dibiayai uang negara dapat berkontribusi untuk pembangunan negara? Apakah kebetuhan negara ini hanya itu saja? Dan masih banyak pertanyaan serta retorika yang tak terhingga yang akan muncul menghampiri kita.
Perdebatan dan perlawanan akan menjadikan sebuah drama antara kita dan oknum negara. Pertanyaan pertama akan menjadi sangat panjang jika dijelaskan. Karena kita Indonesia bukan negara Kuba. Jadi cita-cita mulia seperti menjadi dokter sulit tercapai jika kalian hanya bermodal pintar saja, namun harus diimbangi modal finansial.
Ditambah lagi dengan swastanisasi progam pendidikan sejak dari TK sampai SMA bahkan Perguruan Tinggi. Adanya banyak kesenjangan sarana dan prasarana mutu pendidikan di negeri ini. Swasta hadir dengan segala fasilitas dan mutu melebihi sekolah milik negara. Sekolah hadir seperti untuk meraup untung dari kalangan-kalangan elit dengan menawarkan mutu.
Kesenjangan kualitas pendidikan nampak terlihat sejak taman kanak-kanak. Selain kesenjangan yang mencolok dari kualitas mutu pendidikan yang ditawarkan masing-masing sekolah. Menjadi suatu keberuntungan kalian dapat mengenyam mutu pendidikan yang maju yang dilengkapi dengan teknologi-teknologi baru serta para pengajar berkualitas.
Mereka kalangan ekonomi rendah sulit untuk merasakan itu. Mereka juga tidak didukung dengan asupan gizi yang baik. Bagaimana mungkin mereka bisa berpikir bagus ketika perut mereka kerongcongan? Logika tanpa logistik itu tidak akan mungkin berjalan lancar. Di balik senyum dan keceriaan anak yang kurang mampu sering menyimpan banyak perasaan iri kepada kalian yang hidup dengan segala fasilitas yang ada.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang kedua, apakah tidak bisa kuliah sambil kerja? Tentu saja itu bisa dilakukan oleh kalangan menengah ke atas yang ekonominya sudah cukup lumayan. Bagi kalangan menengah ke bawah, kalian tidak akan sampai hati untuk melontarkan pertanyaan dan saran tersebut jika melihat kondisinya langsung.
Untuk dapat menyelesaikan sampai SMA/Sederajat saja perlu banyak pengorbanan yang sudah keluarga berikan. Bukankah sekolah gratis? Biaya sekolah memang gratis, namun kebutuhan lain seperti perlengkapan dan uang saku tidak gratis. Belum lagi iuran yang dipungut oleh sekolah yang mengatasnamakan pengembangan atau pun iuran lain.
Kenapa tidak membawa bekal? Kenapa uang sakunya tidak ditabung? Sudahlah, kalian tidak usah membanyangkan seperti dalam sebuah cerita dongeng atau sebuah peribahasa hemat pangkal kaya. Mereka sudah cukup untuk berhemat. Yang ditabung akan dimanfaatkan untuk kebutuhan yang mendesak. Bisa dibayangkan untuk makan sehari-hari saja sulit. Apakah mereka akan menjaga uang tabungannya ketika seharian tidak dapat menikmati makanan?
Jangankan menabung makan saja kadang-kadang mereka harus berhutang. Suatu kebahagian tersendiri bagi orang tua yang mampu menyekolahkan anaknya hingga mendapat ijazah dengan harapan untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Meskipun dengan keringat darah orang tua mereka memperjuangkan sekolah anaknya.
Kini harapannya bergantung kepada sang anak. Anak harus berkerja untuk meringankan beban orang tuanya. Paling tidak sang anak dapat hidup sendiri. Tidak mungkin seorang anak dapat terpikirkan hidup sendiri dan kuliah. Bagaimana mungkin seorang anak akan kuliah dengan uang hasil kerjanya, ketika melihat keluarganya hidup sulit dan untuk makan saja sulit?
Apakah kalian sudah merasa beruntung dapat menikmati bangku perkuliahan? Semoga Tuhan menambahkan nikmat bagi kalian yang sudah bersyukur.
Apa yang kalian ketahui tentang mahasiswa? Mahasiswa dianggap maha karena Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tentu saja sebagai mahasiswa awam kalian sudah melakukan pendidikan dan penelitian. Semester-semester awal dan untuk dapat mendapat gelar sarjana kalian sudah melakukan hal itu.
Kemudian pengabdian kepada masyarakat. Tentunya mekanisme perguruan tinggi sebagian besar sudah menerapkan sistem KKN (Kuliah Kerja Nyata). Di mana kalian diterjunkan langsung ke masyarakat untuk melakukan perubahan.
Tapi apakah dengan hal itu masyarakat dapat dapat berubah? Waktu yang diberikan sebagian besar perguruan tinggi hanya sebulan. Sebulan itu bukan hanya pelaksanaan progam kerja saja. Masih dibagi dengan waktu perkenalan kepada masyarakat serta menganalisa potensi yang ada di desa kemudian merumuskan progam kerja yang sesuai dengan masyarakat.
Hal itu seperti membikin sebuah petasan, kemudian setelah terbentuk petasan kalian hanya menyalakan api dan membakar sumbu petasannya saja. Banyak yang bisa membikin petasan, namun banyak juga petasan yang tidak meledak. Itu disebabkan karena kondisi permasalahan yang ada di desa tidak bisa selesai dalam waktu sebulan kurang.
Perlu waktu yang cukup lama serta progam sama yang berkesinambungan untuk melakukan perubahan. Apa dengan melakukan ini kalian sudah bangga menjadi mahasiswa dan merasa sudah mengabdi kepada masyarakat? Coba deh renungkan.
Apa yang sudah kalian lakukan selama mahasiswa? Apakah aktif dalam BEM, HIMA, UKM, atau organisasi kemahasiswaan yang lain? Atau kalian hanya menikmati perkuliahan hanya semata-mata untuk mendapat gelar, untuk membanggakan orang lain, atau sekedar formalitas supaya sama seperti yang lain kuliah? Hidup dalam lingkungan mahasiswa merupakan hal indah yang banyak mengubah pemikiran dan persepsi kita.
Banyak yang memanfaatkannya dengan mencari ilmu dan pengalaman. Tidak jarang banyak yang terbuai dengan nikmatnya kebebasan pergaulan. Menikmati hari-hari dengan bersenang-senang, kemudian mengarungi lautan ombak cinta dengan romansa, foya-foya, hingga tidak terhitung banyaknya dosa. Ini semua merupakan hal yang wajar bagi saya. Kalian tidak usah malu terkait hal itu. Seburuk apapun masa lalumu, sebajingan apapun kalian dulu, masa depanmu suci untuk dirimu.
Kondisi desa saat ini membutuhkan para mahasiswa. Kini saatnya kalian menambah pahala dan mengurangi dosa untuk membantu sesama. Desa dengan segala kesederhanaan perlu adanya kontribusi pemikiran dan bantuan kalian para mahasiswa.
Sarjana Fakultas pertanian sangat dibutuhkan untuk membantu menghasikan tanaman produksi yang unggul. Sarjana Fakultas Ekonomi dibutuhkan untuk mengelola dan memasarkan atau menciptakan hasil produk dari masyarakat. Sarjana teknik diperlukan untuk membangun sarana dan prasarana Desa. Sarjana Fisipol dibutuhkan untuk mengajari mesyarakat desa supaya tidak mudah dibodohi oleh segelintir orang yang mengatasnamakan wakil rakyat.
Sarjana Kedokteran diperlukan untuk mengetasi berbagai macam penyakit yang ada di desa. Dan diperlukan banyak lagi para sarjana dari semua jurusan dengan segala kemampuannya. Kalian harus tahu bahwa banyak masyarakat desa yang menjadi petani menanam dengan susah payah namun hasil panennya dihargai murah. Masih lumayan mendapatkan hasil, tidak sedikit mereka yang tidak mampu menjual hasil panennya.
Kalian harus tahu karena periksa ke dokter itu mahal, jadi ketika mereka sakit banyak yang mengonsumsi obat-obatan yang sering dijual di warung yang terkadang itu tidak cocok dan dapat malah membahayakan kesehatannya. Kalian harus tahu bahwa anak-anak kecil harus menempuh jalan yang sangat sulit untuk mencapai sekolahnya. Kalian harus tahu bahwa masih banyak permasalahan dan kesulitan yang ada di desa. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan wawasan mereka, menjadikan kesulitan itu hanya bisa mereka rasakan dan dijalani saja dengan ikhlas.
Kenapa harus ke Desa? Terus masa depanku bagaimana? Aku harus kerja. Pertanyaan dan pernyataan yang sering dilontarkan mahasiswa yang katanya
zaman now. Jika kalian yang membaca sampai paragraf ini, berarti kalian orang yang memiki rasa ingin tahu tinggi dan menyukai tantangan. Perlu diketahui bahwa progam DADES (Dana Desa) sekarang sudah mulai berjalan. Satu desa harus menghabiskan Rp1 miliar dalam setahun, bukan tidak mungkin dana itu nantinya akan ditambah. Pembangunan nasional yang diterapkan di Indonesia sekarang adalah
bottom up yang berarti dari bawah ke atas.
Pembangunan berdasarkan kebutuhan di tingkatan daerah yang terendah. Desa merupakan tingkatan pemerintahan yang terendah dari sebuah negara. Atas dasar itu nantinya akan banyak perputaran uang yang ada di desa. Banyak lapangan pekerjaan yang ada di desa. Lamar kerjanya di mana kalau di desa? Tidak usah terlalu banyak memikirkan lamar kerja di mana. Cobalah turun ke desa dan lihat permasalahan apa yang bisa kalian pecahkan.
Pemikiran kalian akan menjadikan suatu pekerjaan yang akan mensukseskan kalian. Lihatlah sejarah, orang-orang yang menjadi sukses dan terkenal adalah mereka yang selalu memikirkan untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami masyarakat. Mark Zuckerberg menemukan aplikasi Facebook karena dia merasa orang-orang memiliki kesulitan untuk menjalin komunikasi. Jack Ma mendirikan Alibaba karena masyarakat China sulit menjual barangnya ke luar negeri.
Nadiem Makarim menemukan Gojek karena melihat tukang ojek menghabiskan waktunya menunggu dan masih harus ngantri dengan rekan ojek yang lain. Mereka merupakan orang-orang yang berangkat dari suatu permaslahan. Jika kalian mampu memecahkan dan membantu permasahan yang ada di masyarakat tentunya kesuksesan akan menghampiri kalian.
Bukan hanya itu saja, kebaikan kalian dalam membantu masyarakat desa tentunya menambah pundi-pundi amalan kebaikan kalian. Karena desa memiliki banyak potensi serta banyak permasalahan yang bisa kalian lihat. Paling tidak kalian bisa menyalurkan sedikit pemikiran inovasi dan solusi kalian yang lebih maju kepada pemuda desa yang tidak sempat mengenyam pendidikan perkuliahan seperti kalian.
Kalian tidak akan mendapatkan penghasilan atau pendapatan secara instan, namun setidaknya kalian memiliki investasi sosial yang nantinya akan berdampak secara tidak langsung kepada kalian. Desa memiliki potensi yang besar bagi kalian yang memiliki solusi untuk membantu memecahkan permasalahan yang ada. Jangan hanya menunggu negara mengatasi permasalahan yang ada, itu akan memperlama kesulitan dan penderitaan yang ada di masyarakat desa. Terkadang malah kebijakan negara semakin mempersulit mereka. Yang jelas desa sangat membutuhkan kalian para mahasiswa dan sarjana.
(ded/ded)