Jakarta, CNN Indonesia -- Libertango, komposisi dari Astor Piazzolla, mengalun memenuhi setiap jengkal auditorium yang tak terlalu besar, di salah satu sudut Kota Jakarta Selatan, kemarin. Jari-jari Budi Raharjo bak menari tango dengan lincah di senar gitarnya, ditingkahi gesekan biola yang tak kalah energik dari Condro Kasmoyo.
Duet musisi klasik kawakan itu mengawali sebuah peristiwa penting. Peristiwa pembukaan sekolah musik EG Music School, yang didirikan oleh musisi, komponis, konduktor, dan produser Erwin Gutawa. Dilahirkan dengan semangat
Music for Everyone, sekolah ini digadang menjadi sekolah musik yang tak biasa.
Dimulai dari barisan pendukungnya. Erwin Gutawa menggandeng setidaknya 22 musisi profesional dan akademisi, sebagian besar dari Erwin Gutawa Orchestra yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan barisan para profesional itu, Erwin Gutawa memang ‘nekat’ membuat silabus kurikulum sendiri. Ini bukan kebiasaan sekolah musik di Indonesia. Sebabnya, Erwin menilai, sekolah musik harus bisa menjawab tantangan zaman di mana seni budaya tak lagi mendominasi negeri. “Juga harus cocok dengan Indonesia, karena itulah kami berani bikin sekolah musik yang punya kurikulum silabus sendiri,” tutur Erwin.
EG Music School, tutur Erwin, dibangun bagi mereka yang serius ingin menjadi musisi handal. Juga untuk mereka yang ingin jadi pemain musik yang baik. Termasuk pula mereka yang sekadar ingin mengisi waktu mencari pengalaman. Pun, mereka yang ingin belajar hal-hal di luar teknis musik tapi masih berkaitan dengan dunia kreatif musik.
Lebih mendetail, musikus Eric Awuy, yang didaulat sebagai Program Director sekolah tersebut, menjelaskan ada empat program EG Music School, yaitu music course, music lover, music college, dan music preneur. “Semua didesain sesuai kebutuhan di sini (Indonesia), karena lingkungan Indonesia itu berbeda,” tutur musisi yang pernah menjadi Ketua Departemen Musik di Dewan Kesenian Jakarta ini.
Kata Eric, music course ditujukan bagi mereka yang serius ingin menjadi musisi handal. Sedang music lover bagi mereka yang menjadikan musik sebagai hobi. Adapun music preneur didesain bagi yang ingin belajar branding dan pemasaran, produksi, sampai cara menulis dan mengaransemen lagu.
“Sedangkan untuk music college, yang baru akan kami mulai pertengahan tahun ini, untuk mereka yang ingin meningkatkan skill ke level yang lebih tinggi dan memiliki disiplin ilmu musik yang lebih lengkap,” tutur Eric lagi.
Asmoro Jati, General Manager EG Music School, mengatakan total ada 17 ruangan kelas untuk kursus privat, auditorium, perpustakaan, lab digital, sampai studio rekaman di sekolah tersebut. Alat-alat musik yang dipakai diklaim paling up-to-date.
“Kami memang men-trigger murid untuk belajar senyaman mungkin,” kata Asmoro.
Guru-guru yang mengajar, kata Eric, juga sudah direkrut yang mampu mengajari anak-anak yang tergolong memiliki kebutuhan khusus. Sebab, sebaiknya untuk mereka tak didesain kelas khusus tapi berbaur dengan murid-murid yang lain.
(ded/ded)