Bagaimana Memanfaatkan Digitalisasi yang Makin Meluas

Putra Wanda | CNN Indonesia
Selasa, 23 Jan 2018 10:29 WIB
Penetrasi digital di sana-sini dalam segala aspek kehidupan kita sudah tak terhindarkan. Bagaimana kita memanfaatkannya?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/Creativa Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pesatnya perubahan akibat teknologi digital saat ini mengundang tanya tanya besar bagi pelaku industri mulai dari transportasi, jasa, retail, keuangan dan pemerintah. Di Indonesia, perubahan pola hidup dan bisnis akibat teknologi digital (Digital Disruption) mulai terlihat jelas. Bidang yang langsung merasakan pengaruh tersebut mulai melakukan perubahan model bisnis ke arah sepenuhnya digital dan otomatisasi.

Menurut majalah Forbes, beberapa teknologi yang akan menyebabkan disrupsi digital adalah intelligent agents, augmented dan virtual reality, internet of things, cognitive technology dan hybrid wireless technologies.

Disrupsi digital ini akan membawa perubahan besar pada setiap aspek kehidupan. Istilah Globalisasi 2.0 sangat erat kaitannya akan kuatnya pengaruh teknologi digital pada proses ekonomi, politik, sosial dan bidang kehidupan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Indonesia harus memulai era 2.0?
Saat ini jumlah pengguna internet aktif di Indonesia sudah mencapai lebih dari 40 persen dari total penduduk Indonesia yakni sekitar 132 juta. Ini menjadikan Indonesia masuk jajaran 5 besar pengguna internet terbesar di dunia. Diprediksi pengguna internet di Indonesia akan semakin tumbuh pada tahun 2020.

Besarnya jumlah pengguna aktif ini dianggap seksi dan sangat potensial. Pesatnya proses digitalisasi pada berbagai bidang saat ini menuntut kita terus beradaptasi dengan perubahan dan terus berinovasi. Peluang yang muncul karena perubahan digital ini harus benar-benar bisa dimanfaatkan dengan baik, penggunaan teknologi digital dalam proses ekonomi nantinya juga bisa menjadi pendorong tumbuhnya ekonomi nasional.

Jika kita melihat realitas di lapangan, beberapa bidang telah mengalami proses disrupsi digital, antara lain: bidang transportasi, retail, jasa, dan keuangan. Kuatnya pengaruh teknologi pada bisa tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah siap dengan perubahan dan inovasi.

Pada tahun berikutnya, teknologi digital akan semakin memainkan peran penting di Indonesia. Perubahan pola di bidang transportasi, retail dan keuangan saat ini hanyalah awal dari disrupsi digital yang akan mengubah banyak aspek kehidupan manusia di masa depan.

Ekonomi Digital
Menurut riset Garther, perubahan pola ke arah aktivitas online ini sangat dipengaruhi oleh tinggi penggunaan perangkat bergerak seperti ponsel pintar dan tablet. Aktivitas online pada tahun 2018 lebih dari 50 persen akan menggunakan perangkat bergerak.

Di Indonesia kehadiran aplikasi transportasi online Go-Jek, Uber, Grab akan mengubah pola bisnis transportasi masal. Perusahaan teknologi ini bekerja dengan konsep online agent, di mana pengguna dan pengemudi dapat menggunakan layanan setelah terdaftar pada aplikasi tersebut. Teknologi ini dianggap lebih efisien, fair dan mudah.

Selain bidang retail, kehadiran toko online yang berbentuk marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, dan lain-lain, menjadi sebuah tempat yang mudah dan praktis bagi siapapun untuk melakukan transaksi barang. Model marketplace B2C (Business to Customer) ini dianggap memberikan pengalaman belanja yang berbeda, aman, dan mudah. Pertumbuhan transaksi e-commerce Indonesia diprediksi semakin meningkat hingga 2022 mencapai US$16 miliar.

Jika kita runut ke belakangan, beberapa tahun yang lalu kalian mungkin belum pernah berpikir bisa membeli barang hanya melalui sebuah situs, melakukan order taksi real time, memesan produk/barang, tiket, voucher listrik, pulsa dan meminta layanan tertentu hanya bermodalkan sebuah gadget (Smartphone).

Tapi saat ini, hal tersebut menjadi sebuah bagian dari aktivitas masyarakat di Indonesia. Saat ini, layanan-layanan tersebut sudah bisa diterapkan di Indonesia walaupun belum merata dan masih adanya resistensi. Tetapi proses membaurnya teknologi dengan kehidupan itu tidak dapat dihindari. Dengan semakin tingginya pengguna internet dan meningkatnya transaksi online, hal ini memberi sinyal bagus bagi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Bagaimana dengan Fintech?
Hangatnya topik tentang perkembangan financial technology (Fintech) telah membuat berbagai pihak seperti insitusi perbankan dan keuangan harus memikirkan ulang model bisnis masa depannya agar bisa berkelanjutan dan tumbuh.

Di Indonesia, saat ini banyak perusahaan rintisan yang sudah membangun pondasi di teknologi fintech ini, seperti Go-Pay, Amartha, dan sebagainya. Hanya saja industri perbankan dan keuangan d Indonesia nampaknya masih ragu dalam menerapkan teknologi fintech ini.

Di Amerika Serikat ada Apple Pay, di China ada AliPay. Fintech Alipay ini sudah menjadi hal biasa dan digunakan dalam transaksi sehari-hari baik secara online maupun offline di seluruh negeri China.

Kerjasama antara fintech and institusi konvensional
Sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Nasdaq, menyebutkan tiga poin penting di dalam fintech yakni perubahan regulasi, kerja sama antara fintech dan  institusi konvensional dan inovasi kegiatan bisnis.

Salah satu tantangan pertumbuhan fintech di Indonesia salah satunya berasal dari aspek regulasi. Fintech yang terus tumbuh dan prospektif ini tentunya harus menjadi sebuah perhatian serius dari pemerintah. Dengan aturan yang kuat dan komprehensif akan membantu perkembangan industri fintech di Indonesia. Kabarnya Bank Indonesia akan segera meluncurkan peraturan terkait bisnis fintech di Indonesia.

Selain itu juga, pentingnya kerjasama antara fintech dan institusi perbankan dan keuangan yang sudah ada di Indonesia menjadi salah satu pendorong bagi yang dapat memberi manfaat bagi bisnis keduanya. Baru-baru ini perusahaan bonafid seperti Mastercard sudah menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan fintech bernama Coin dan masih banyak lagi fakta lain.

Fintech akan menggabungkan banyak layanan perbankan menjadi layanan terpusat yang bisa diakses oleh pengguna tanpa harus melakukan transaksi offline melalui kantor bank, ATM, internet banking. Fintech dapat mengubah pola bisnis industri perbankan dan keuangan menjadi lebih efisien, otomatis, dan sepenuhnya online.

Reuters menyebutkan fintech saat ini menjadi Hot Trend. Diprediksi bisnis fintech akan semakin besar dan menarik pada 2018. Menurut analisa penulis, salah satu kunci sukses penerapan fintech dari aspek penerapan aplikasi adalah unified application, di mana sebuah layanan fintech terkoneksi dengan banyak lembaga perbankan dan bisa digunakan untuk melakukan semua transaksi yang bersifat e-cash. Suksesnya penerapan fintech di dalam berbagai aktivitas bisnis dan layanan baik offline maupun online ini akan menjadi daya dorong dalam perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Jika kita melihat lebih luas, perkembangan industri digital finance di dunia seperti Bitcoin dan Ethereum semakin tumbuh dan menyebar ke berbagai negara. Tahun  depan diperkirakan pertumbuhan bisnis Bitcoin ke arah positif (Forbes, Nov 2017)
 
Ekosistem Digital Indonesia
Semakin luasnya infrastruktur jaringan telekomunikasi dan besarnya pengguna internet aktif di Indonesia menjadi sebuah modal yang bagus untuk membangun sebuah ekosistem digital di Indonesia. Layanan e-commerce, e-service, e-transportation, e-cash (Fintech) dan layanan elektronik lainnya menjadi elemen awal pembentuk ekosistem tersebut. Tumbuhnya perusahaan rintisan nasional seperti Tokopedia, Go-Jek dan Bukalapak menjadi sinyal positif terbentuknya ekosistem digital di Indonesia.

Techasia bahkan memprediksi sekitar 10 perusahaan rintisan baru akan menjadi the next big thing di Indonesia. Pertumbuhan bisnis digital tentu menjadi salah peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjadi wadah bagi talenta-talenta muda untuk terlibat aktif di dalam aktifitas bisnis tersebut.

Untuk membangun sebuah Lingkungan bisnis Digital yang inovatif dan terintegrasi, aplikasi-aplikasi yang sudah ada saat ini mestinya selalu melakukan inovasi layanan, metode pembayaran, hingga penggunaan teknologi big data dan artificial intelligence. Semakin banyaknya konsumen yang melakukan aktivitas digital melalui platform akan menumbuhkan ekosistem tersebut.

Saat ini, pemerintah juga  terus melakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan bisnis digital di Indonesia. Mulai dari penyempurnaan regulasi, inkubasi perusahaan rintisan hingga mengundang penasihat e-commerce sekelas Jack Ma untuk membangun bisnis digital di Indonesia.

Semua pihak harus mendukung pertumbuhan perusahaan rintisan dalam negeri yang bisa menjadi aset berharga dalam dunia teknologi informasi di Indonesia. Pertumbuhan perusahaan rintisan ini sangat tergantung pada talenta muda dan dukungan finansial yang diperlukan untuk membangun dan mengembangkan fondasi bisnis digital  di Indonesia.

Digital Education
Istilah Digital Education atau yang lebih dikenal dengan Electronic Learning ini diyakini menjadi salah satu bidang yang juga akan mengalami disrupsi digital. Sektor edukasi dianggap sudah matang menuju digitalisasi yang lebih masif. Digital Education ini nantinya dapat berbentuk penyediaan jasa pembelajaran jarak jauh, lingkungan pembelajaran virtual, sistem manajemen pembelajran dan kelas online yang berbasis open source. Universitas-universitas bonafid di luar negeri sudah mulai mengambil langkah untuk memanfaatkan momentum digital education ini.

Professor Maurits van Rooijen dari LSBF mengatakan bahwa: “Pembelajaran di ruang kelas bukan cara yang paling efektif untuk mentransfer pengetahuan”. Untuk membuat pembelajaran tersebut menjadi lebih fleksibel dan dapat beradaptasi dengan proses, van Rooijen menyarankan penggunaan teknologi seperti ‘Learning Analytics’ dan ‘Adaptive Learning’.

Perubahan ke era digital education ini nantinya menjadi sebuah tantangan bagi perguruan tinggi seperti universitas, akademi maupun sekolah tinggi untuk mengembangkan model pembelajaran digital secara komprehensif jika ingin tetap bertahan. Perguruan tinggi Indonesia tidak hanya akan berkompetisi dengan perguruan tinggi dalam negeri dan offline education, tetapi juga akan menghadapi derasnya arus digital education dari perguruang tinggi dari luar negeri.

Menyingkat dari uraian di atas, perubahan ke era digital sudah di hadapan kita. Persiapan infrastruktur teknologi, finansial, sumber daya manusia dan aturan menjadi sangat mendesak untuk menghadapi momentum disrupsi digital ini. Disrupsi digital ini merupakan sebuah proses berlanjut dan cepat atau lambat akan memberikan pengaruh bagi kehidupan kita. Jika memperhatikan kembali realitas saat ini, perubahan pola dari model offline menjadi sepenuhnya online mulai terlihat di bidang retail, transportasi, perbankan, keuangan, perpajakan, pemerintahan, sosial, hingga pendidikan. Disrupsi digital ini menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang yang harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Digital Disruption is unavoidable, it will change various way of our life whether we’re ready or not.

Putra Wanda
Pengamat Teknologi Informasi
Ph.D Candidate  in Computer Science, HRBUST, China
Kontak penulis : [email protected] (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER