Primata Jawa di Bawah Bayang-Bayang Kepunahan

Atep Maulana | CNN Indonesia
Jumat, 02 Feb 2018 18:06 WIB
Disinyalir, populasi satwa primata di Pulau Jawa semakin terancam. Perburuan, jual-beli ilegal, dan kerusakan hutan, menjadi faktor penyebab terancam populasi.
Lutung Jawa di Bekasi (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mungkin tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa tanggal 30 Januari kemarin diperingati sebagai Hari Primata Nasional. Tentunya hal ini bukan hanya seremonial saja, tetapi kembali mengingatkan komitmen kita bersama akan pentingnya menjaga kalangsungan ekosistem dan upaya penyelamatan satwa khususnya jenis primata yang keberadaannya semakin punah.

Sedikitnya lebih dari 80 persen primata di Indonesia yang berada dalam kondisi terancam punah. Aktivis Pusat penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Sukabumi, Budiharto mengatakan, keberadaan satwa primata semakin terancam punah karena perburuan liar dan perdagangan ilegal.

Salah satu yang jenis primata yang lagi trend dan menjadi komoditi jual beli sehingga populasinya terancam adalah jenis primata lutung jawa. "Selain faktor perburuan liar dan perdagangan ilegal, keberadaan lutung jawa kini terancam punah seiring terjadinya kerusakan alam dan berkurangnya hutan di pulau Jawa ini," kata Budi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, hutan sebagai indikator kepunahan lutung jawa itu sendiri. Jika hutan tersebut masih dalam kondisi baik, populasi lutung jawa ikut berkembang dengan baik.

Budi mencontohkan seperti yang terjadi di Sukabumi. Kelompok hewan yang hampir punah jenis primata Owa Jawa seringkali terlihat turun ke permukiman warga di Desa Lengkong, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Mereka memasuki perkampungan warga untuk mencari makanan.

Informasi yang diperoleh Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC), satu kelompok Owa Jawa itu terdiri atas tujuh ekor. Mereka tepatnya berada di Blok Mahoni yang berada di kawasan milik Perhutani. Lokasi keberadaan Owa Jawa ini tidak jauh dari jalan raya ke Jampang atau sekitar 500 meter dari pinggiran jalan.

Keberadaan Owa Jawa ini, sulit untuk direlokasi ke daerah lain karena memang lokasi tersebut merupakan habitatnya. Sehingga cara yang terbaik adalah warga bisa hidup selaras berdampingan. Berbagai cara sudah dilakukan yang meliputi sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat sekitar lokasi dan advokasi kepada pemerintahan desa dan kecamatan

“Harapannya masyarakat bisa hidup selaras dengan sekelompok Owa Jawa tersebut, tanpa mengganggu keberadaan habitatnya,” kata Budi. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER