Jakarta, CNN Indonesia -- Belakangan ini banyak berita yang menampilkan penangkapan kasus narkotika dan obat/bahan berbahaya (Narkoba), terutama dari kalangan para artis. Mereka ditangkap akan kasus penyalahgunaan ganja, sabu dan obat-obat penenang seperti dumolid.
Mungkin masyarakat awam berpikir bahwa narkoba di kalangan artis adalah hal yang wajar dan umum terjadi. Pada kenyataannya, narkoba ada di sekitar kita!
Data terakhir pada tahun 2016 dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia sudah lebih dari enam juta orang dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Biasanya penggunanya mulai mencoba narkoba sejak remaja dengan pengguna terbanyak di kalangan usia 26 hingga 30 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya di Indonesia saja, prevalensi pengguna narkoba di dunia pun terus bertambah. Data dari United Nations Office of Drugs and Crime (UNODC) menyebutkan bahwa lebih dari 255 juta penduduk di dunia adalah pengguna narkoba.
Penggunaan obat terlarang ini sudah menjadi tren global di seluruh dunia dan 0,6% penggunanya mengalami gangguan terkait obat-obatan terlarang, seperti ketergantungan dan gangguan jiwa lainnya.
Pengguna narkoba terus meningkat, ditambah lagi dengan adanya obat terlarang golongan baru yang beragam macamnnya yang disebut New Psychoactive Substances (NPS). NPS terus bertambah jenisnya dan jumlahnya sudah meningkat dua kali lipat di tahun 2012 sampai 2015. Kini sudah ditemukan lebih dari 700 macam NPS.
NPS dibuat secara sintetik untuk mengimitasi obat-obat terlarang seperti ganja, ekstasi, heroin, dan bahkan obat medis seperti golongan benzodiazepine. NPS hingga kini masih belum ada alat yang dapat mendeteksi di darah maupun di urin. Karena itu, NPS menjadi tren global yang digunakan belakangan ini sehingga dapat digunakan tanpa diketahui.
NPS di Indonesia sendiri menjadi tren yang terus meningkat di pasaran. BNN saat ini sudah menemukan sekitar 65 macam NPS di Indonesia sehingga ini menjadi masalah baru lagi.
Indonesia yang memiliki keunikan geografis dan kepulauan yang besar sehingga menjadi tempat yang strategis untuk perdagangan dan pemasokan narkoba. Populasi penduduk di Indonesia pun sangat padat dan terus bertambah setiap tahunnya sehingga membuat negara ini juga menjadi sasaran empuk untuk perdagangan narkoba.
Tampaknya Indonesia memang sudah mengalami darurat narkoba. BNN mengatakan bahwa 50 orang meninggal karena narkoba setiap harinya. Narkotika kelas opioid, seperti heroin dan morfin merupakan penyebab utama pertama berbagai penyakit dan diikuti dengan kelas amfetamin dan metamfetamin di urutan kedua.
Narkotika juga sangat dekat dengan penyakit-penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis C, Tuberkulosis, menyakiti diri dan juga kematian. Masalah narkoba ini juga mengakibatkan kerugian negara yang begitu besar, mencapai Rp60 triliun.
Indonesia sudah mencoba berbagai cara untuk mencegah bertambahnya pengguna narkoba dan juga merehabilitasi penggunanya. BNN dan Badan Narkotika Nasional dan Provinsi (BNNP) juga dibuat untuk memberantas narkoba dan memberikan sosialisasi mengenai pemberantasan narkoba. Bahkan, baru-baru ini ada kebijakan baru mengenai hukuman mati bagi pengedar narkoba, walaupun masih menjadi perdebatan hingga kini.
Walaupun demikian, nampaknya cara-cara ini masih belum terlalu memberikan perubahan. Bahkan di dunia pun, belum ada negara yang berhasil memberantas narkoba hingga ke akarnya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan negeri ini dari narkoba?
Mungkin, sumber daya manusia harus ditingkatkan lagi, seperti di BNN dan BNNP untuk memfasilitasi pemberantasan narkoba dan juga program-programnya. Kerjasama pemerintah dengan setiap daerah, provinsi, bahkan setiap kelurahan dan kecamatan agar segera melapor bila ada kecurigaan akan penggunaan narkoba dan pengedarnya. Hal ini perlu ditingkatkan agar penegak hukum dapat segera menginvestigasi dan bertindak sesuai dengan ranahnya.
Peraturan dan Undang-Undang (UU) terkait pengguna narkoba dan pengedarnya juga mungkin perlu diperbaharui agar lebih tegas dampaknya bagi setiap orang yang terkait dan mudah-mudahan dapat memberikan efek jera.
Narkoba juga berhubungan dengan korupsi, pencucian uang dan terorisme. Barangkali Indonesia juga harus membasi seluruh masalah ini secara bersamaan untuk menyelamatkan negeri ini?
(ded/ded)