Jakarta, CNN Indonesia --
Mungkin banyak orang asing dengan nama Kerajaan Medang, salah satu kerajaan besar yang pernah eksis di Indonesia. Kerajaan Medang merupakan kerjaan dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kerajaan Medang juga sering disebut sebagai Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Medang dijalankan oleh dua kubu dalam satu wangsa atau dinasti. Dinasti Syailendra terpecah menjadi pemuja Siwa dan Syailendra penganut Buddha Mahayana.
Syailendra pemuja Siwa berkuasa di Jawa, sementara Sailendra pemuja Buddha Mahayana berkuasa di Sumatera. Syailendra pemuja Siwa dipimpin oleh Rakai Pikatan, sementara Syailendra pemuja Buddha dipimpin oleh Balaputradewa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah berdirinya Kerajaan Medang tercatat dalam sebuah prasasti Canggal yang ditemukan di dalam komplek Candi Gunung Wukir, di Kabupaten Magelang.
Dalam ukiran aksara Pallawa dalam Bahasa Sansekerta disebutkan nama Sanjaya sebagai orang yang mendirikan Kerajaan Medang.
Awal Mula Berdiri Kerajaan Medang
 Candi Kalasan merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah Kerajaan Medang. (Andreas Fitri Atmoko) |
Menurut catatan prasasti Canggal, Kerajaan Medang berdiri pada 732 dan berakhir pada 1016 M menurut prasasti Pucangan. Catatan dalam prasasti disebutkan bahwa di sebuah daerah bernama Yawadwipa (pulau Jawa) terdapat seorang raja dengan berkat alam seperti beras dan emas yang melimpah.
Raja bernama Sanna atau Bratasenawa merupakan seorang raja yang adil, bijaksana, dan mahir berperang, juga murah hati kepada rakyatnya.
Sepeninggal Raja Sanna, kursi pemerintahan digantikan oleh putra dari saudara perempuannya, Sannaha, yang bernama Sanjaya.
Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram melanjutkan memerintah Kerajaan Medang dengan bijaksana, adil, religi, yang membuat rakyatnya sejahtera dan taat beragama.
Kerajaan Medang pecah kongsi saat Raja Sanjaya wafat dan digantikan oleh putranya, Rakai Panangkaran.
Masa Jaya Kerajaan Medang
 Ilustrasi. Sektor pertanian menjadi sumber pendapatan utama masyarakat di masa Kerajaan Medang. (Pixabay/eko1810) |
Masa jaya Kerajaan Medang terjadi saat wangsa atau dinasti Syailendra memerintah pada abad ke-8. Sebagai catatan, terdapat tiga wangsa bercorak Hindu-Buddha yang berkuasa saat itu, yakni Dinasti Sanjaya, Syailendra, dan Isyana.
Kerajaan Medang mengalami masa jaya saat periode pemerintahan Rakai Panangkaran (760-780M) hingga Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M).
Selama 150 tahun, Kerajaan Medang mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang seperti kesenian, budaya, sosial, dan militer.
Dalam kesenian dan budaya, terlihat dari mekarnya arsitektur Jawa kuno berupa pembangunan candi, prasasti, dan monumen sepanjang dataran Kedu hingga Kewu. Dataran Kedu merupakan tanah vulkanik yang dikelilingi gunung berapi di Jawa Tengah (Sumbing, Sindoro, Merbabu, Merapi, Menoreh).
Sementara dataran Kewu merupakan tanah vulkanik yang membentang mulai dari lereng Merapi, Sewu, hingga lembah sungai Bengawan Solo. Candi, prasasti, dan monumen banyak dibangun di era dinasti Syailendra.
Simak ulasan selengkapnya mengenai Kerajaan Medang di halaman berikutnya...
Contoh peninggalan tersohor dinasti Syailendra yang eksis sampai saat ini adalah Candi Borobudur, Prambanan, dan Sewu.
Era 150 tahun dinasi Syailendra Berjaya banyak mengembangkan seni arsitektur Jawa kuno dengan corak Hindu-Buddha. Bangunan-bangunan tersebut merupakan tempat suci Hindu-Buddha.
Redupnya Kejayaan Kerajaan Medang
 Ilustrasi. Diduga, pemindahan pusat pemerintahan Kerajaan Medang ke Watugaluh (Jombang, saat ini) disebabkan oleh letusan Gunung Merapi. (AP/Slamet Riyadi) |
Masa setelah pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung berakhir diduga menjadi titik awal redupnya kejayaan Kerajaan Medang. Perebutan kekuasaan antar-anggota dinasti kerajaan disinyalir menjadi sebab utama pecahnya Kerajaan Medang.
Dimulai dari perebutan kekuasaan antara Balaputradewa dengan Rakai Pikatan hingga perang yang menentang pemerintahan Rakai Pikatan. Aksi peperangan menentang pemerintahan Rakai Pikatan tercatat dalam prasasti Siwagrha.
Kerajaan Medang semakin redup setelah terbagi menjadi dua, Kerajaan Dinasti Medang di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kepindahan pusat pemerintahan Kerajaan Medang ke Jawa Timur dilakukan oleh Mpu Sindok pada 929 M. Mpu Sindok diketahui merupakan orang yang mendirikan Dinasti Isyana.
Leluhur Mpu Sindok merupakan garis keturunan Raja Jawa yang berakar dari Sanjaya, sehingga bisa dikatakan Mpu Sindok sebagai penerus Kerajaan Medang. Hingga kini alasan mengapa Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur masih belum diketahui pasti.
Namun, diduga kuat perpindahan pusat pemerintahan terjadi karena bencana letusan Gunung Merapi. Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Medang ke Watugaluh (Jombang saat ini).
Meski banyak membangun prasasti, namun tidak banyak perkembangan seni dan kebudayaan yang diciptakan seperti pada masa dinasti Syailendra.
Raja-Raja Kerajaan Medang
 Ilustrasi. Candi Prambanan sebagai salah satu bukti peninggalan Kerajaan Medang. (iStockphoto/Valens Hascaryo) |
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang atau Kedatuan Medang. Kata 'Ratu' tidak-lah merujuk pada jenis kelamin perempuan. Istilah 'ratu' lebih merujuk pada gelar Datu yang artinya pemimpin. Kata Ratu merupakan sinonim yang digunakan pada masa itu.
Dalam silsilah raja-raja Medang, hanya Sanjaya saja yang memiliki gelar Ratu. Pada era kepemimpinan Rakai Panangkaran, gelar ratu diubah menjadi Sri Maharaja.
- Rakai Mataram/ Sang Ratu Sanjaya (732-760)
- Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780)
- Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800)
- Sri Maharaja Rakai Warak (800-819)
- Sri Maharaja Rakai Garung/ Samarattungga (819-838)
- Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Rakai Gurunwangi (838-850)
- Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-880)
- Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (890-898)
- Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898-915)
- Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa (924-929)
- Mpu Sindok (929-947)
Peninggalan Kerajaan Medang
 Ilustrasi. Sejumlah candi yang ada di Jawa Tengah menjadi bukti peninggalan Kerajaan Medang, termasuk Candi Sewu. (ANTARA FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho) |
Kerajaan Medang era Dinasti Sanjaya dan Syailendra banyak membangun peninggalan bersejarah berupa candi, diantaranya:
- Candi Borobudur
- Candi Prambanan
- Candi Sewu
- Candi Sojiwan
- Candi Sari
- Candi Kalasan
- Candi Ratu Boko
- Candi Pawon
- Candi Gebang