Perbedaan lapisan kelas dan golongan di masyarakat memunculkan istilah stratifikasi sosial. Namun, apa itu stratifikasi sosial?
Berikut penjelasan mengenai pengertian, faktor pembentuk, jenis stratifikasi sosial, hingga dampaknya di masyarakat seperti dikutip dari Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan: Antropologi (2018) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti lapisan. Sementara sosial artinya masyarakat. Secara sederhana, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai lapisan masyarakat.
Dengan kata lain, stratifikasi sosial adalah penggolongan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang disusun secara bertingkat. Berikut pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli.
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat atau hierarkis. Stratifikasi sosial juga merupakan ciri tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial muncul karena tidak ada keseimbangan atau ketidaksamaan terhadap hak, kewajiban, dan tanggung jawab sosial antaranggota masyarakat. Akibatnya, ada masyarakat yang memiliki sesuatu hal yang lebih dari yang lain.
Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, hak istimewa (privilese), dan kehormatan atau prestise.
Singkatnya, orang yang memiliki kekuasaan besar, juga memiliki privilese dan prestise.
Stratifikasi sosial adalah penempatan individu sesuai dengan kualitas yang diinginkan, yang mereka miliki, dan menempatkan mereka di kelas sosial yang sesuai.
Kualitas yang diinginkan ini bisa ditentukan oleh kebudayaan asal orang itu tinggal.
Stratifikasi sosial adalah sistem yang membagi kelompok manusia ke dalam lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka.
![]() |
Menurut e-Modul Sosiologi SMA Kelas XI Kemendikbudristek, terdapat beberapa hal mendasar yang membentuk proses stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Faktor stratifikasi sosial ini menjadi dasar yang membentuk kriteria atau indikator untuk menggolongkan masyarakat ke dalam suatu lapisan. Berikut daktor pembentuk stratifikasi sosial.
Max Weber menyatakan kekayaan merupakan hal paling mendasar dalam pembentukan stratifikasi sosial. Orang yang memiliki kekayaan paling banyak akan menempati lapisan teratas dalam stratifikasi sosial.
Kekayaan ini beragam bentuknya, mulai dari uang, harta berharga, dan aset produksi.
Kekayaan seseorang juga dapat dilihat dari luas rumah, tipe kendaraan pribadi, gaya berpakaian, jenis bahan yang digunakan, kebiasaan atau cara berbelanja, dan lainnya.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan pihak lain sesuai keinginan orang yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan ini dapat bersumber dari apa yang dimilikinya hingga keturunannya.
Orang yang memiliki kekuasaan tertinggi akan menempati lapisan sosial teratas. Contoh stratifikasi sosial berdasarkan kekuasaan adalah presiden.
Presiden merupakan orang nomor satu pada stratifikasi sosial di Indonesia berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya.
Ukuran kehormatan tak melulus soal kekayaan yang dimiliki, tetapi juga jasa atau kemampuan lain yang dimiliki.
Orang yang memiliki tingkat kehormatan tinggi juga dapat menempati lapisan stratifikasi sosial tertinggi. Biasanya, dasar kehormatan digunakan dalam stratifikasi sosial masyarakat adat.
Seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan juga menjadi dasar stratifikasi sosial. Mereka yang punya riwayat pendidikan tinggi biasanya 'lebih dianggap' ketimbang yang tidak.
Contohnya ketika melamar pekerjaan, lulusan sarjana lebih dipertimbangkan ketimbang lulusan SMA dan diploma.
Dulu, keturunan menjadi dasar penting dalam penentuan stratifikasi sosial. Anak bangsawan tentu akan dipandang sejak kecil daripada yang bukan keturunan kerajaan.
Sementara rakyat jelata mengisi stratifikasi sosial terendah. Dasar ini masih digunakan sampai saat ini.
Berikut jenis stratifikasi sosial yang ada di masyarakat.
Stratifikasi sosial tertutup adalah pembentukan lapisan masyarakat sejak kelahiran.
Contohnya masyarakat India menerapkan sistem kasta sehingga ketika ada bayi lahir dari orang tua di suatu kasta, maka bayi tersebut langsung menempati kasta yang sama.
Stratifikasi sosial terbuka adalah pembentukan lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan atau kecakapan yang dimiliki.
Contohnya, siswa yang mendapat ranking tiga besar di suatu kelas dapat masuk ke dalam golongan 'anak pintar' terlepas dari latar belakang kekayaan dan keturunan keluarganya.
Stratifikasi sosial campuran adalah pembentukan lapisan yang menggunakan ketentuan terbuka dan tertutup.
Contohnya, masyarakat Hindu Bali juga menerapkan kasta, tetapi mereka yang berasal dari kasta rendah dapat dipandang jika memiliki pendidikan tinggi dan pekerjaan mapan yang dapat meningkatkan status mereka di masyarakat.
Stratifikasi sosial berdasarkan faktor ekonomi artinya pembagian lapisan didasari oleh tingkat ekonomi atau kekayaan seseorang.
Stratifikasi ini memunculkan tiga lapisan, yaitu orang kaya, menengah, dan ekonomi bawah.
Stratifikasi sosial berdasarkan faktor sosial yang diukur dari gengsi atau prestise.
Contohnya, profesi dokter dianggap pintar dan dapat sukses secara ekonomi, maka banyak orang tua yang ingin anaknya menempuh pendidikan kedokteran di perguruan tinggi.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik artinya pembentukan lapisan didasari oleh kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki.
Contohnya, presiden menempati lapisan sosial tertinggi di bawah gubernur, bupati, dan wali kota.
Lapisan sosial yang terbentuk di masyarakat tentu menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif. Berikut dampak stratifikasi sosial di masyarakat.
Dampak positif stratifikasi sosial:
Dampak negatif stratifikasi sosial:
Demikian pengertian, dasar, dan jenis stratifikasi sosial. Semoga bermanfaat.
(uli/fef)