Penggunaan nama pahlawan Indonesia menjadi nama jalan bukanlah hal yang baru. Uniknya, ada sejumlah nama pahlawan Betawi yang dijadikan nama jalan di Jakarta.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas peran para pahlawan asal Betawi semasa hidup. Tujuannya sebagai wujud terima kasih atas perjuangan dan pengabdian para pahlawan pada bangsa Indonesia.
Selain itu, penggunaan nama pahlawan sebagai nama jalan ini diharapkan dapat mengingatkan generasi mendatang bahwa banyak tokoh dari Tanah Betawi yang berkontribusi dalam kehidupan bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini sejumlah pahlawan Betawi yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta dilengkapi dengan profil singkatnya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Ismail Marzuki adalah komponis Indonesia yang lahir pada 11 Mei 1914 di Kwitang, Jakarta Pusat. Sejumlah karya-karyanya populer hingga menjadi lagu wajib nasional seperti lagu Rayuan Pulau Kelapa, Halo Halo Bandung, dan Indonesia Pusaka.
Karya pertama Ismail Marzuki adalah lagu berjudul 'O Sarinah' yang merupakan karyanya saat ia berusia 17 tahun.
Selain aktif berkarya sejak dini, Ismail Marzuki aktif dalam orkes radio saat masa penjajahan Jepang hingga melanjutkan musiknya di RRI.
Sebagai bentuk penghargaan karya-karyanya, pemerintah membangun pusat seni dan budaya Taman Ismail Marzuki di Jakarta Pusat. Namanya juga diabadikan menjadi nama kawasan yakni Kampung Ismail Marzuki yang sebelumnya bernama Zona C.
Mohammad Husni Thamrin atau MH Thamrin adalah salah satu pahlawan Betawi yang lahir di Kampung Sawah Besar, 16 Februari 1894.
Thamrin memiliki darah keturunan Eropa dari sang kakek yang berasal dari Inggris. Meski berasal dari keluarga terpandang, di masa kecilnya, ia kerap bermain dengan rakyat biasa.
Ketika memulai karier politiknya, ia menarik perhatian rakyat kecil sebab kerap membela kepentingan mereka.
Thamrin juga menuntut pembuatan saluran air di Jakarta hingga mendesak penghentian perlakuan buruk di Sumatra Timur. Ia juga turut memperjuangkan istilah Inlander menjadi Indonesia.
Untuk mengenang jasanya tersebut, namanya dijadikan salah satu nama jalan protokol di Jakarta dan menjadi nama museum di Jakarta Pusat.
Selain itu, namanya juga dijadikan nama wilayah yakni Kampung MH Thamrin yang sebelumnya bernama Zona A.
Nama pahlawan Betawi yang dijadikan nama jalan di Jakarta berikutnya adalah Noer Ali. Ia lahir di Bekasi, 15 Juli 1914. Kala itu, Bekasi masih tergabung menjadi bagian dari Batavia.
Noer Ali adalah pendakwah agama Islam yang turut memperjuangkan Indonesia. Ia melawan penjajah pada peristiwa perlawanan di Pondok Ungu, Bekasi.
Melalui peristiwa itu, 25 tentara Inggris tewas di tangan para pejuang Bekasi. Kemudian, pasukan penjajah mulai masuk wilayah Betawi.
Untuk mengenang perjuangan Noer Ali, namanya pun dijadikan salah satu nama jalan di wilayah Kalimalang, Bekasi dan menjadi nama wilayah yakni Kampung KH. Noer Ali yang sebelumnya bernama Zona Pengembangan.
Demikian sejumlah nama pahlawan Betawi yang dijadikan nama jalan. Semoga bermanfaat!
(juh)