Memahami Jenis-jenis Hujan dan Proses Terjadinya

CNN Indonesia
Jumat, 22 Nov 2024 14:00 WIB
Hujan merupakan sebuah fenomena alam yang ditandai dengan tetesan air dari atmosfer. Simak jenis-jenis hujan dan proses terjadinya hujan.
Ilustrasi. Hujan merupakan sebuah fenomena alam yang ditandai dengan tetesan air dari atmosfer. Simak jenis-jenis hujan dan proses terjadinya hujan. (iStockphoto/Yury Karamanenko)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Hujan merupakan sebuah fenomena alam yang ditandai dengan tetesan air dari atmosfer. Air hujan yang turun ke bumi kemudian dialirkan ke sungai, danau, dan sebagian meresap ke dalam tanah.

Tahukah kamu apa saja jenis-jenis hujan dan bagaimana proses terjadinya hujan? Simak penjelasannya.

Hujan sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Air hujan digunakan sebagai sumber air alami untuk berbagai kebutuhan, mulai dari pertanian, perkebunan, menggerakkan pembangkit listrik, memenuhi kebutuhan air industri, hingga mendukung habitat bagi makhluk hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, air dari hujan yang akhirnya mengalir sampai ke laut juga punya peran besar dalam kehidupan, seperti sumber pangan, biota laut, dan lainnya.

Banyak sedikitnya hujan yang jatuh di suatu tempat atau curah hujan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu, cuaca, kelembapan udara, tekanan angin, hingga kondisi permukaan bumi.

Alat untuk mengukur curah hujan disebut fluviometer atau ombrometer dengan satuan ukur menggunakan milimeter (mm).

Jenis-jenis hujan

Dikutip dari Modul Geografi SMA Kelas X (2020) Kemdikbud, terdapat tiga jenis hujan berdasarkan proses kejadiannya. Ketiga jenis hujan ini adalah hujan orografis, hujan zenithal, dan hujan frontal. Berikut penjelasannya.

1. Hujan orografis

Hujan orografis atau hujan pegunungan adalah hujan yang terjadi akibat gerakan massa udara yang mengandung uap air dipaksa naik ke lereng pegunungan (oro).

Sampai pada ketinggian tertentu, ketika kelembapan relatifnya mencapai 100 persen maka terbentuk awan. Kumpulan awan yang bertambah berat mengakibatkan turunnya hujan.

2. Hujan zenithal

Hujan zenithal atau hujan konveksi adalah hujan yang terjadi akibat kuatnya pemanasan matahari di khatulistiwa dan menyebabkan massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara vertikal (konveksi).

Ketika massa udara yang naik sampai pada ketinggian tertentu mengalami penurunan suhu sehingga terjadi pengembunan dan awan. Kumpulan awan itu kemudian jatuh sebagai hujan konveksi.

Jenis hujan ini banyak terjadi di daerah doldrum (antara 10°LU-10°LS) atau di sekitar khatulistiwa, tempat berudara panas dan agak jarang angin.

3. Hujan frontal

Hujan frontal adalah jenis hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara panas yang mengandung air dengan massa udara dingin di sepanjang daerah miring (front).

Akibat pertemuan massa udara yang berbeda temperaturnya ini, maka terjadi pengembunan atau kondensasi pada bidang front-nya dan terbentuklah awan badai siklon, kemudian dijatuhkan sebagai hujan frontal.

Jenis hujan ini terjadi di daerah lintang sedang (antara 35°LU-65°LU dan 35°LS-65°LS), akibat pertemuan massa udara panas (angin barat) dan massa udara kutub (angin timur).

Proses terjadinya hujan

Dikutip dari buku Saku Klimatologi Iklim dan Cuaca Kita Seri Iklim untuk Anak dan Remaja oleh BMKG, berikut proses terjadinya hujan yang terbagi menjadi 3 tahapan.

Water Cycle of Evaporation, Condensation, Precipitation to Collection in Earth natural environment on Flat Cartoon Hand Drawn Template IllustrationIlustrasi proses terjadinya hujan. (iStockphoto/wongmbatuloyo)

1. Proses evaporasi

Proses terjadinya hujan diawali dengan tahap evaporasi. Pada tahapan ini, panas dari matahari akan menyebabkan suhu air yang berada di bumi seperti air laut, sungai, maupun danau mengalami peningkatan.

Pada titik suhu tertentu, air akan berubah menjadi uap air yang menguap ke udara hingga sampai ke langit.

2. Proses kondensasi

Setelah prose evaporasi, tahapan berikutnya adalah kondensasi. Kondensasi adalah peristiwa perubahan uap air menjadi embun. Hal ini terjadi karena suhu yang berada di sekitar uap air lebih rendah dibandingkan dengan titik embun air.

Suhu dari titik embun ini akan meninggi dan kemudian membuat embun semakin banyak. Embun-embun tersebut akan memadat dan kemudian menjadi awan yang mengandung air.

Awan akan terbawa angin menuju ke tempat yang memiliki tekanan udara lebih rendah dan berkumpul dengan awan lainnya.

3. Proses presipitasi

Proses terjadinya hujan yang terakhir adalah presipitasi. Awan-awan yang sudah terkumpul semakin lama akan menjadi awan besar dan berwarna kelabu. Semakin gelap warnanya, maka air yang terkandung semakin banyak.

Jika sudah terlalu berat, awan tidak mampu lagi menampung air dan titik-titik air ini kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Tahapan presipitasi merujuk pada peristiwa pencairan awan menjadi air hujan.

Itulah macam-macam dan proses terjadinya hujan. Selamat belajar.

(ahd/fef)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER