Memilih pakaian tak hanya soal model dan tren, tetapi penting untuk mempertimbangkan bahan atau material yang ramah lingkungan.
Apalagi saat ini sudah ada banyak brand fesyen memperhatikan bahan yang digunakan serta proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Lantas, apa saja bahan pakaian yang ramah lingkungan?
Lihat Juga :![]() JAKARTA ECO FUTURE FEST Cara Memilah Sampah Organik-Anorganik dari Dapur Sendiri |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Industri fesyen jadi salah satu penyumbang masalah lingkungan di dunia, salah satunya masalah emisi karbon yang masih sulit diatasi.
Setiap proses produksi hingga pemasaran dalam industri fesyen mengeluarkan emisi karbon yang berdampak pada lingkungan.
Berdasarkan catatan badan PBB untuk perubahan iklim The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), industri fesyen dan garmen diperkirakan mengeluarkan emisi sebesar 10 persen dari total emisi di seluruh dunia.
Untuk mengurangi dampak buruk industri fesyen terhadap bumi, kita bisa memilih beberapa bahan kain atau pakaian yang lebih hemat energi dari sisi proses pembuatannya serta lebih mudah terurai dibandingkan bahan-bahan sintetis seperti nilon, spandek, akrilik, dan poliester.
Berikut beberapa bahan pakaian yang ramah lingkungan, dirangkum dari berbagai sumber.
Katun organik sudah sangat populer digunakan sebagai material pakaian berkat daya serap dan ketahanannya yang sangat baik.
Katun organik memiliki jejak karbon yang lebih sedikit dibandingkan katun biasa. Sebab katun organik ditanam dan diproduksi tanpa pestisida yang tidak akan meninggalkan residu berbahaya pada kulit dan lebih ramah lingkungan.
Katun organik juga menggunakan jauh lebih sedikit air, meskipun kedua jenis katun ini tetap membutuhkan banyak air dibandingkan serat lain yang ada.
Kain berbahan dasar bambu atau bamboo fabric dianggap ramah lingkungan karena tanaman bambu tumbuh dengan cepat tanpa perlu banyak air dan bahan kimia seperti pestisida, dikutip dari Science Direct.
Sementara dari sisi produknya, kain bambu terasa lembut, halus, tahan lama, tetapi mudah terurai, tidak seperti bahan berserat sintetis.
Tencel merupakan material kain yang relatif baru dibandingkan lainnya. Tencel terbuat dari serat kayu alami biasanya dari pohon eucalyptus atau pinus.
Serat ini diolah dengan teknik ramah lingkungan dan menghasilkan kain yang lembut, adem, dan berdaya serap tinggi.
Katanya, proses pembuatan serat Tencel dirancang khusus untuk mengurangi dampak lingkungan. Produksi kain tencel hanya menggunakan sepertiga air yang dibutuhkan untuk memproduksi rayon.
Selain itu, pelarut yang digunakan dalam produksi tencel tidak beracun, tidak seperti viscose. Di dalam negeri, tencel sering digunakan untuk berbagai produk tekstil seperti pakaian, hijab, hingga pakaian dalam.
Linen juga termasuk salah satu bahan pakaian yang ramah lingkungan. Linen berasal dari serat tanaman rami yang bisa tumbuh tanpa banyak air dan pestisida.
Kain linen juga punya daya tahan yang tinggi serta memiliki kemampuan menyerap air dan keringat yang baik. Karena berbahan dasar alami, linen dapat mudah terurai sehingga cocok sebagai material berkelanjutan.
Lihat Juga :![]() JAKARTA ECO FUTURE FEST Ini 5 Cara Menanggulangi Limbah Pakaian dengan Bijak |
Bahan yang identik dengan pakaian musim dingin ini juga tergolong bahan pakaian yang ramah lingkungan. Berasal dari serat bulu domba atau kambing, wol termasuk merupakan serat alami yang terbarukan dan dapat hancur atau terurai secara alami oleh mikroorganisme.
Saat terurai, wol sama seperti bahan alami lainnya, tidak melepaskan mikroplastik seperti kain sintetis sehingga dianggap lebih ramah lingkungan dari sisi limbah.
(ahd/fef)