Jakarta, CNN Indonesia -- Alibaba Group Holding, perusahaan e-commerce asal Cina, mencatat rekor penawaran saham (
initial public offering/IPO) terbesar di Amerika Serikat dengan target perolehan dana mencapai US$ 21 miliar atau Rp 247 triliun.
Seperti dikutip Reuters, Alibaba menawarkan 320.1 juta saham termasuk didalamnya saham milik Jack Ma, Yahoo, dan komisaris Joe Tsai. Kisaran harga sebesar US$ 60 - US$ 66 atau Rp 706.200 - Rp 776.820 per saham. Valuasi perusahaan mencapai US$ 163 miliar dan menjadi saham sektor teknologi terbesar yang pernah ada di bursa Amerika. Sejumlah bank internasional terlibat dalam aksi IPO terbesar ini, yakni CitiGroup, Morgan Stanley dan Credit Suisse.
Perusahaan yang didirikan oleh mantan guru Bahasa Inggris Jack Ma ini akan memutuskan harga saham akhir setelah global roadshow yang akan dimulai Senin besok di New York, dilanjutkan ke Hong Kong dan San Fransisco. Sehingga dalam dua minggu ke depan, Alibaba dapat melantai di New York Stock Exchange.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam enam tahun terakhir, Forbes menyebutkan Alibaba menjadi rekor IPO terbesar di AS setelah Facebook pada 2012 yang meraup US$ 16 miliar saham IPO dan Visa pada 2008
dengan nilai IPO mencapai US$ 17,9 miliar.
Berhati-HatiNamun, beberapa investor tetap berhati-hati adanya potensi konflik kepentingan antara Jack Ma sebagai pelayan perusahaan dan kepentingan investasinya di tempat lain. Sebab sebelumnya, Alibaba juga pernah terlibat kasus yang menguntungkan perusahaan pembayaran Alipay hingga menimbulkan keberatan dari pemegang saham utama Yahoo dan Softbank.
Bahkan dalam prospektusnya yang terakhir, Alibaba harus menggelontorkan hampir US$ 16 juta untuk biaya hukum IPO terkait. Nilai yang cukup harus dikeluarkan Alibaba dan penasihatnya untuk mempersiapkan prospektus yang rumit.
Bahkan dalam keterangannya melalui "surat pendiri" yang dikirimkan ke sejumlah investor, Jack Ma menyatakan kemungkinan adanya keraguan bagi investor untuk membeli saham berskala besar ini. "Ketika sebuah perusahaan internet skala kami yang berasal dari Cina memasuki kancah global, Anda harus bersiap akan menghadapi skeptisisme dari arah yang berbeda dalam hal perspektif budaya, nilai-nilai dan bahkan posisi geopolitik," kata dia seperti dikutip Reuters, Minggu (7/9).