Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mensinyalir sektor agraria di Indonesia bakal menghadapi krisis tenaga petani. Mereka beralih profesi. Salah satunya jadi tukang ojek.
Kepala BPS Suryamin mengatakan tahun 2013 telah terjadi penurunan jumlah usaha petani dari 31,2 juta menjadi 26 juta. “Jadi ada penurunan 5 juta petani yang beralih profesi,” katanya dalam acara Sosialisasi Hasil Sensus Pertanian 2013 bersama Forum Komunikasi Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas), di Jakarta, Kamis (11/9).
Berdasarkan data BPS, jumlah rumah tangga yang menanam padi pada 2003 adalah 14,2 juta rumah tangga. Pada 2013 turun menjadi 14,1 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha tanaman juga kedelai menurun. Pada 2003 ada 1 juta tapi pada 2013 tinggal 700 ribu. Untuk usaha tanaman jagung juga terjadi penurunan dari 6,4 juta (2003) menjadi 5,1 juta (2013).
Suryamin mengatakan, penurunan jumlah petani di Indonesia terjadi karena adanya alih profesi pada kategori petani pengolah lahan yang luas lahannya kurang dari setengah hektare atau yang biasa disebut sebagai petani gurem.
"Menjadi petani gurem atau penggarap ini menurut mereka tidak menguntungkan, karena lahannya hanya di bawah satu hektare sehingga mereka tidak bisa mencapai break even point (BEP) mereka tidak bisa menutupi biaya kebutuhan hidup yang lainnya," ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan hasil survei BPS, banyak petani yang beralih profesi dari sektor pertanian ke sektor lain, terutama sektor transportasi. Dan daerah yang paling banyak mengalami penurunan jumlah petani adalah daerah Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah.
"Mungkin saja petaninya pindah ke sektor transportasi, pindah jadi tukang ojek atau supir angkutan umum, nah ini jadi informasi buat pemerintah, perpindahan ini lebih baik pindah ke sektor formal," ujarnya.