Jakarta, CNN Indonesia -- Lima tahun menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean untuk sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan kembali mengingatkan industri perbankan tanah air untuk ekspansi di regional.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan dengan mempersiapkan diri dari sekarang, diharapkan Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama untuk menghadapi pasar bebas tersebut.
"Saat ini ASEAN menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, permintaan barang dan jasa pun meningkat, untuk itu diperlukan sistem finansial yang kuat," kata Muliaman di Jakarta, Jumat (12/9).
Pada kesempatan itu OJK menggelar forum diskusi ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) dengan beberapa negara ASEAN. Hadir pula perwakilan dari Kamboja, Laos, Myanmar serta Vietnam. Para wakil negara tersebut akan mempromosikan kesempatan dan peluang investasi di negara masing-masing. Tak hanya itu, perwakilan perbankan nasional turut hadir dalam diskusi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muliaman berharap, perbankan nasional mampu membidik kesempatan investasi dan pembiayaan di pasar ASEAN. Sistem perbankan ASEAN yang mulai efektif pada 2020 itu juga memungkinkan adanya kesepakatan bilateral antar bank. "Tentu ini akan menghasilkan manfaat nantinya," kata dia.
Saat ini, hanya beberapa bank lokal yang memiliki kesempatan membuka cabang di luar negeri. Bank Negara Indonesia memiliki lima kantor cabang di luar negeri yakni di London, New York, Tokyo, Singapura, Hongkong. Sebanyak satu sub cabang di Osaka, Cabang berkegiatan terbatas di Singapura, dan remittance representative yang tersebar di Malaysia, Saudi Arabia, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. BNI mengklaim jadi bank pertama yang bisa mengoperisionalkan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) penuh di empat titik di Hong Kong dan akan menyusul di Singapura dalam waktu dekat.
Sementara itu, Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, hanya bisa membuka tujuh cabang di luar negeri, yakni di Cayman Islands, Shanghai Cina, Hongkong, Singapura, Dili Timor Leste, Londong dan Malaysia. Namun, upaya keras Bank Mandiri untuk mendapatkan lisensi cabang penuh di Singapura hingga kini belum tercapai, termasuk memnyediakan ATM di Bandara Changi Singapura. Padahal, mobilitas orang Indonesia yang berkujung ke Singapura terus meningkat. Tak hanya untuk kegiatan bisnis, tapi juga sekadar belanja karena murahnya tiket penerbangan antar dua negara.
Berbeda dengan bank-bank plat merah, Bank Central Asia (BCA) justru masih enggan ekspansi ke luar negeri. Menurut Direktur Utama BCA Jahja Setiatmadja, ekspansi di luar negeri cenderung kurang menguntungkan. Selain biaya properti yang tinggi, BCA, kata dia, masih melihat pasar yang menguntungkan di tanah air. isnis remitansi di Malaysia, karena dianggap tidak menguntungkan. Bahkan, pada 2012, bisnis remitance di Malaysia harus ditutup karena harus menanggung kerugian hingga Rp 27 miliar. Menurut Jahja, ekspansi bank-bank di Asean tak akan mampu mengalahkan bank besar skala internasional seperti Standard Chartered dan Citibank. "Kalau mau ekspansi ke luar, lebih baik akuisisi, bukan mendirikan kantor cabang," kata Jahja belum lama ini.