Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia akan menerbitkan obligasi rupiah dengan kupon setara inflasi. Pemerintah juga melakukan lindung nilai (
hedging) terhadap portfolio utang guna mengurangi risiko fluktuasi ekonomi.
Kedua terobosan tersebut masih dalam tahap persiapan dan rencananya akan diimplementasikan pada 2015 atau 2016.
Scenaider C. H. Siahaan, Direktur Strategi dan Portfolio Utang Kementerian Keuangan menjelaskan obligasi inflasi (
inflation link obligation) merupakan surat berharga negara yang kuponnya menyesuaikan dengan pergerakan inflasi. Pemerintah akan membidik investor lokal karena penawarannya dalam rupiah. “Jadi kalau inflasi naik marginnya tetap sehingga yang pegang obligasi terbebas dari risiko inflasi,” ujarnya kepada CNN Indonesia, Selasa (16/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk hedging portfolio, Scenaider mengatakan baru bisa dieksekusi pada 2016. Hedging yang dimaksud adalah lindung nilai untuk portfolio utang valuta asing yang sedang berjalan dengan menetapkan batas atas asumsi nilai tukar rupiah agar terhindar dari risiko depresiasi.
Dengan begitu, pemerintah dapat membayar utang tanpa terpengaruh oleh pelemahan nilai tukar. Dia mencontohkan, jika asumsi rupiah sebesar Rp 11.900 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015, sedangkan realisasinya Rp 12.000 atau melampaui, maka selisih dari nilai hedging itu menjadi keuntungan yang bisa gunakan untuk membayar utang.“Tapi kalau realisasinya tidak sampai Rp11.900 maka kami tidak dapat benefit,” ujar dia.
Untuk tahun ini, kata Scenaider, pihaknya telah meluncurkan beberapa instrument baru, seperti saving bond dan obligasi Euro. Saving bond adalah obligasi ritel yang tidak dapat diperdagangkan hingga jatuh tempo.
Sementara untuk Euro Bond adalah obligasi yang diterbitkan dalam mata uang Euro. Obligasi ini melengkapi varian obligasi valas lain yang sudah lebih dulu diterbitkan, seperti obligasi konvensional dolar AS (global bond), sukuk dolar AS (global sukuk), dan obligasi yen (samurai bond).