Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan jumlah penumpang pesawat di Indonesia dalam dua tahun terakhir melambat. Hal tersebut tercermin dari data jumlah penumpang pesawat rute domestik maupun internasional yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
BPS mencatat sepanjang 2013 lalu jumlah penumpang pesawat mencapai 68,66 juta, naik 3,41 persen dibandingkan jumlah penumpang pesawat sepanjang 2012 yaitu 66,40 juta. Sementara sampai Juli 2014 jumlah penumpang pesawat tercatat 40,66 juta penumpang, naik 5,06 persen dibandingkan periode yang sama di 2013 sebanyak 38,70 juta.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, persentase pertumbuhan jumlah penumpang tersebut turun drastis jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mampu menembus angka dua digit per tahun. Pada 2011, jumlah penumpang pesawat mampu tumbuh 16,74 persen menjadi 62,34 juta dari sebelumnya di 2010 sebanyak 53,4 juta penumpang. Bahkan pertumbuhan jumlah penumpang di 2010 tersebut sempat mencatat rekor sebesar 22,42 persen, jika dibandingkan dengan jumlah penumpang tahun 2009 yang sebanyak 43,62 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Jenderal Indonesian National Air Carriers Association (INACA) Tengku Burhanudin mengakui belakangan ini terjadi penurunan tren pertumbuhan penumpang pesawat untuk rute domestik maupun internasional. Tengku menuding perekonomian Indonesia yang tidak kunjung membaik turut berpengaruh kepada menurunnya daya beli masyarakat terhadap tiket pesawat.
Menurut Tengku, maskapai nasional sudah memiliki rencana ekspansi membuka rute baru atau menambah jumlah pesawat. "Namun jumlah penumpangnya tidak bertambah, tidak ada permintaan dari pasar karena perekonomian masyarakat tidak baik. Jadi banyak maskapai yang akhirnya menahan ekspansi dan itu berpengaruh ke pertumbuhan jumlah penumpang," kata Tengku kepada CNN Indonesia.
Djoko Murjatmodjo, Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan mengatakan industri penerbangan nasional mengalami kesulitan dalam meningkatkan jumlah penumpang sejak 2013. "Tahun lalu hanya naik lima persen, padahal sebelumnya bisa mencapai 15 persen. Rendahnya pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah, dan avtur yang tinggi jadi penyebab lesunya pertumbuhan industri penerbangan," kata Djoko.