Dampak Kenaikan BBM, Hemat US$ 60 Miliar dan Rupiah Bisa Menguat

CNN Indonesia
Selasa, 30 Sep 2014 11:39 WIB
Penghematan anggaran dari subsidi BBM sebesar US$ 60 miliar dalam tiga tahun, bisa menambah investasi pemerintah untuk sektor infrastruktur
Warga antri mengisi premium ke jeriken antisipasi kenaikan harga BBM (Reuters/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menargetkan penghematan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar US$ 60 miliar selama tiga tahun ke depan dengan menaikkan harga BBM secara bertahap. Penasihat Senior Tim Transisi Luhut Panjaitan memastikan dana yang berhasil dihemat akan digunakan untuk membangun infrastruktur yang diharapkan dapat mempermudah pencapaian target pertumbuhan ekonomi. 

Menurut Luhut angka penghematan US$ 60 miliar tersebut akan diperoleh secara bertahap yaitu US$ 14 miliar pada 2015, US$ 20 miliar di 2016, dan penghematan US$ 26 miliar pada 2017. "Anggaran subsidi BBM dalam lima tahun terakhir naik rata-rata 30 persen, sementara untuk infrastruktur tidak bertambah. Komponen subsidi BBM mencapai 25 persen dan infrastruktur hanya 16 persen dari APBN, ini sama saja membakar uang," kata Luhut di Jakarta, Selasa (30/9).

Jokowi pada akhir pekan lalu, kata Luhut, telah memutuskan kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 per liter. Sebetulnya jika kenaikan harga itu bisa dicicil sejak sepuluh tahun lalu, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak akan sebesar itu. "Makanya sekarang harus bisa dihabiskan untuk kepentingan rakyat," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan harga BBM bersubsidi hampir 50 persen itu, menurut dia, dapat mengurangi defisit neraca berjalan karena akan berakibat kurangnya impor minyak . Dengan begitu nilai tukar rupiah bisa menguat di bawah Rp 11.000 per dolar Amerika Serikat. Apalagi, jika pemerintahan Jokowi bisa meningkatkan pendapatan pajak, maka nilai tukar rupiah bisa mencapai level di bawah Rp 10.000 per dolar AS. "Dengan rupiah kita kuat, ekspor bisa semakin kompetitif," ujarnya.

Dengan mengalokasikan dana penghematan untuk pembangunan infrastruktur, Luhut optimistis target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7,5 persen dapat tercapai. Selain itu dana tersebut juga akan dialokasikan ke sektor lain seperti kesehatan dan pendidikan sehingga masyarakat kecil bisa menerima manfaat dari pemotongan subsidi BBM.

Menurut Luhut, Joko Widodo sudah siap menghadapi konsekuensi sosial dan politik dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. "Beliau siap untuk tidak populer. Tetapi pada akhirnya seluruh masyarakat bisa merasakan manfaatnya,
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER