Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan memperkirakan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter pada awal November akan menghemat anggaran negara hingga Rp 159 triliun. Namun, kebijakan itu juga akan memicu kenaikan inflasi hingga 9,5 persen pada akhir tahun.
“Kalau dilakukan November 2014, maka subsidi BBM dapat dihemat sebesar Rp 159 triliun,” jelas Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri kepada CNN Indonesia, Selasa (30/9).
Kendati ada penghematan, Chatib mengingatkan implikasinya terhadap kenaikan harga barang dan jasa. Dengan begitu, dampak dari kenaikan harga BBM bisa membuat target inflasi 5,3 persen dalam APBNP 2014 meleset jauh. “Dampak inflasinya, tambahannya 4,5 persen. Jadi kalau inflasinya 5 persen (kondisi normal) akan jadi 9,5 persen,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani enggan berkomentar. Dia mengaku masih harus melihat kondisi aktual sebelum memperhitungkan dampak kenaikan BBM. "Parameternya, perhitungan, waktu implementasinya, semua itu akan menentukan angka (penghematan subsidi BBM),” kata Askolani.
Sebelumnya, Askolani menuturkan Konsumsi BBM bersubsidi yang terus meningkat telah menimbulkan dampak negatif berganda ke hampir semua sektor ekonomi.
Pertama,mendorong kegiatan eksplorasi sektor minyak dan gas secara berlebihan sehingga menguras ladang minyak nasional. Kedua, importasi BBM melonjak dan memukul neraca perdagangan Indonesia (NPI) guna memenuhi kebutuhan konsusmi BBM dalam negeri yang semakin tinggi.
“Salahnya di kita adalah selalu menganggap harga energi itu murah, lebih murah dari air mineral. Selama ini kita selalu menutupi fakta sebaliknya bahwa seharusnya energi itu bukan barang murah,” ucap dia.