Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan terdapat 29
smelter nikel yang akan beroperasi pada 2015. Rinciannya, 12
smelter nickel peak iron, 2
smelter nickel olay, 1
smelter spong nickel, 8
smelter feronikel dan 6 lainnya produk turunan nikel.
"Nikel progressnya bagus karena variasi produk turunannya banyak. Jadi investor banyak yang tertarik," ujar Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Edi Prasodjo di Jakarta, Rabu (8/10).
Selain nikel, Prasodjo bilang, Kementerian ESDM juga mencatat terdapat empat
smelter pasir besi yang akan dioperasikan tahun depan. Ia mengatakan, pembangun
smelter besi lebih cepat karena tidak memerlukan banyak investasi. "Lebih cepat kalau dibandingkan yang lain.
Smelter besi investasinya lebih murah karena hanya miliaran rupiah tidak sampai triliunan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu Presiden Direktur PT Outotech Technology Solution, Chad Loan menyatakan siap mendukung Pemerintah terkait program hilirisasi yang akan dimulai pada 2017 mendatang. Outotech pun akan menyediakan teknologi bagi sejumlah perusahaan yang berniat membangun
smelter. "Kami sudah punya beberapa kontrak dengan perusahaan. Cuma tidak bisa dibicarakan detilnya," kata Loan.
Ia mengatakan, untuk membangun
smelter dibutuhkan dana investasi yang bervariasi. Untuk
smelter berkapasitas kecil, katanya, dibutuhkan dana sekitar US$ 10 juta sampai US$ 30 juta. Adapun untuk membangun
smelter besar memerlukan investasi hingga US$ 300 juta hingga US$ 1 miliar. "Angka itu tergantung produk, kapasitas, luas lahan dan teknologi. Paling mahal emas," katanya.