Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan karyawan PT Freeport Indonesia melakukan aksi unjuk rasa hingga menutup ruas jalan menuju ke mile 74, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Sementara Freeport memastikan sore ini akses ke wilayang tambang bisa dibuka.
Aksi unjuk rasa tersebut menyusul kerap terjadinya kecelakaan kerja hingga menyebabkan kematian di sejumlah wilayah tambang Freeport. Berdasarkan laporan Antara, demonstrasi 800 karyawan Freeport terjadi sejak pukul 02.15 dini hari waktu setempat. Ratusan karyawan tersebut menuntut tanggung jawab manajemen Freeport terhadap sejumlah kecelakaan kerja yang tercatat telah menewaskan 44 orang karyawan dalam beberapa tahun terakhir. Pada Sabtu (27/9) wilayah tambang Freeport kembali memakan korban hingga menewaskan empat orang karyawan.
Daisy Primayanti, Juru Bicara Freeport menyampaikan telah berkordinasi dengan para pekerja di Papua agar bersedia membuka jalan. "Saya harap pukul 3 sore waktu sana demonstrasi berakhir, sehingga akses jalan bisa kembali dibuka," kata Daisy, Rabu (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku akan melakukan pelatihan keselamatan bagi karyawan untuk menghindari kecelakaan yang menimbulkan korban jika. Namun, untuk kasus yang terjadi Sabtu pekan lalu, pihaknya masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sementara itu, berdasarkan catatan CNN Indonesia, pada awal September 2014 telah terjadi insiden di area kerja tambang bawah tanah West Muck di kawasan Grasberg Block Cave yang menewaskan satu orang pekerja. Sebelum inspektur tambang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyelesaikan investigasinya, kecelakan maut kembali terjadi di wilayah Grasberg pukul 07.24 WIT pada Sabtu (27/9)i. Sebanyak empat orang pekerja tewas dan lima lainnya luka-luka. Kecelekaan itu terjadi akibat tergilasnya mobil operasi berjenis Toyota LV oleh truk pertambangan bertipe haul truck.
Insiden tersebut menambah panjang catatan kecelakan perusahaan raksasa asal Amerika Serikat itu. Pemerintah siap mengusut dua kejadian itu secara tuntas. "Kami langsung menurunkan tim inspektur tambang pasca mendapat laporan kecelakaan pagi tadi. Saya janji akan secepatnya melaporkan hasil dari upaya investigasi," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, R. Sukhyar kepada CNN Indonesia, Sabtu siang (27/9).
Pada 2013, kegiatan pertambangan
Freeport telah merenggut 30 nyawa pekerjanya. Kejadian pertama terjadi di tambang bawah tanah
Freeport di area Big Gossan (14/5). Saat itu, sebanyak 38 pekerja yang sedang melakukan pelatihan tertimbun akibat runtuhnya atap tambang. Sebanyak 28 orang dinyatakan tewas dan 10 lainnya mengalami luka-luka dan trauma.
Tak lama dari insiden Big Gossan, kecelakaan kerja kembali terjadi di area tambang Freeport lainnya. Kala itu, seorang supir truk yang tengah melakukan tugas pemeliharaan di area Deep Ore Zone (DOZ) tewas tertimbun lumpur basah. Sedangkan tragedi maut ketiga terjadi di area Loading Point 1E West atau kawasan tambang bawah tanah DOZ yang kembali longsor di Desember 2013. Dimana insiden tersebut menewaskan satu orang pekerja Freeport bernama Fikrizal Utama. Namun, sampai saat ini Pemerintah diketahui belum memberi sanksi tegas kepada Freeport atas lima insiden maut yang terjadi hanya dalam dua tahun.