INDUSTRI ROKOK

Masih Bertahan Di Tengah Gempuran

CNN Indonesia
Rabu, 08 Okt 2014 17:14 WIB
Banyak departemen yang berkepentingan terhadap industri rokok, sehingga meski digempur sejumlah aturan, industri ini belum akan redup.
Kemasan Rokok Bergambar Seram (Detik/Rachman Haryanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Prospek perusahaan rokok di Indonesia masih tetap cerah kendati pemerintah terus mempersempit ruang geraknya. Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kerap direkomendasikan sejumlah analis dalam dan luar negeri untuk dikoleksi karena masih menguntungkan.

Head of Research Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, Gudang Garam mampu mempertahankan laba dan pendapatannya meski industri rokok mengalami penurunan. "Dari empat perusahaan rokok yang listed, GGRM paling menarik," kata Reza di Jakarta, Rabu (8/10).

Sebanyak empat perusahaan rokok tercatat di Bursa Efek Indonesia antara lain PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM). Pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (8/10), saham-saham rokok stuck bahkan berjatuhan. WIIM anjlok 2,78 persen di harga Rp 525. HMSP turun 0,60 persen di harga Rp 70,875 per saham. Sedangkan GGRM dan RMBA tidak bergerak masing-masing di harga Rp 56,500 per saham dan Rp
530 per saham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya sekuritas Jepang Daiwa Capital Market, seperti dikutip Forbes, merekomendasikan saham Gudang Garam karena memiliki kinerja keuangan yang kuat dan mampu bertahan di tengah kenaikan suku bunga.

Menurut Reza, Gudang Garam dan Sampoerna diuntungkan karena praktek jual batangan yang dilakukan pedagang eceran. Kendati ekonomi sulit, masyarakat miskin tetap membeli rokok dengan cara "ketengan" atau tidak satu bungkus. "Dua brand itu yang paling banyak jual ketengan. Jadi volume penjualan dari perusahaan ke ritel juga lebih besar," katanya.

Pemerintah Indonesia, kata dia, belum melakukan larangan rokok yang lebih ketat dibandingkan negara lain. Sebab pemerintah sendiri pada dasarnya membutuhkan industri rokok sebagai sumber pendapatan dari cukai. "Larangan merokok di ruang terbuka itu hanya sebatas aturan," ujar dia.

Direktur Wismilak Surjanto Yasaputera menganggap ada empat kementerian yang berkepentingan terhadap industri rokok. Kementerian Kesehatan dianggap lebih keras dalam memerangi rokok karena bahaya terhadap kesehatan. Sebaliknya, kementerian-kementerian lain seperti Kementerian Keuangan membutuhkan industri rokok untuk sumber pendapatan selain pajak. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga membutuhkan industri rokok karena membuka lapangan kerja yang cukup besar. Berdasarkan data yang dihimpun, satu pabrik Sigaret Kretek Tangan bisa menyerap sampai 4.000 tenaga kerja. Belum lagi petani-petani setempat yang diuntungkan dari penjualan cengkeh dan tembakau.
"Departemen Perkebunan dan Departemen Perindustrian juga berkepentingan dari rokok ini," katanya.

Wismilak, kata dia, berani mematok harga premium hingga Rp 13.000 untuk sebungkus rokok isi 12 batang. Padahal pemain besar lainnya menawarkan harga lebih murah. Hal itu dilakukan karena Wismilak memiliki konsumen yang setia. "Meski harga mahal, orang Indonesia tetap beli rokok sampai tua sekalipun," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER