Jakarta, CNN Indonesia -- Bisnis pesawat rancangan mantan presiden BJ Habibie kian menggurita setelah sempat vakum beberapa lama. Di bawah nahkoda putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie melalui PT Ilthabi Rekatama, sebanyak 500 unit pesawat R80 akan segera diproduksi.
"Sekarang masih tahap desain, berdasarkan plan akan diproduksi 400-500 dulu, tapi masih ada rencana lagi ke depan," kata Ilham di Jakarta, Jumat (10/10).
Ilham berharap produksi 500 pesawat untuk tahap awal bisa rampung pada kuartal I 2015. Saat ini pihaknya sedang melakukan tahap desain awal dan pendefinisian. "Penentuan engine di tahap-tahap terakhir," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat R80 ini bisa digunakan untuk melayani daeerah-daerah terpencil. Sehingga, maskapai yang melayani rute-rute perintis bisa menggunakan pesawat ini. Harga yang dipatok untuk satu pesawat R80 ini senilai US$ 20-25 juta
Dia mengaku sebanyak tiga perusahaan penerbangan sudah memesan pesawat tersebut, diantaranya Nam Air, Kalstar untuk wilayah Kalimantan, dan Trigana Air. "Mereka sangat perlu pesawat seperti ini karena lebih kecil," ucap dia.
Demografi Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan pesawat kecil seperti yang diproduksi Ilthabi. Pesawat R80 ini disebut sebagai generasi penerus N250. Pesawat R80 akan memiliki kapasitas 80-90 penumpang, sedangkan N250 berkapasitas 50-60 penumpang. Menurut pria berusia 51 tahun itu, kebutuhan masyarakat akan pesawat perintis ke depan masih sangat besar. "60 persen wilayah kita adalah kepulauan, harusnya ada banyak pesawat yang bisa melayani ke daerah-daerah," kata Ilham yang mengaku siap jika diminta menjadi Menteri Riset dan Teknologi di era Joko Widodo itu.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta kepada Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar untuk membeli pesawat baru buatan anak negeri. Sebab, menurut dia, Garuda juga perlu merambah wilayah perintis dan membuat rute perjalanan lebih singkat. "Misalnya kalau selama ini mau ke Palembang dari Jambi harus transit di Jakarta dulu, itu kan memakan waktu dan biaya. Mestinya kalau ada pesawat yang lebih kecil kan bisa penerbangan melayani langsung," kata Dahlan.
Menanggapi hal itu, Dirut Garuda Emirsyah Satar mengaku tak bisa menggunakan pesawatan CN250 karena terikat dengan aturan yang harus menggunakan pesawat berlisensi internasional. "Tapi kami akan mempertimbangkan membeli R80 ini untuk rute-rute perintis," kata dia.