BURSA INTERNASIONAL

Saham Energi Lemahkan Kinerja Bursa AS

CNN Indonesia
Minggu, 26 Okt 2014 10:32 WIB
Pekan depan saham-saham energi diperkirakan akan semakin ditinggalkan para investor seiring dengan melemahnya permintaan minyak dunia.
Pekerja kilang minyak sedang melakukan pengecekan pipa distribusi. (Antara Photo/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penurunan saham-saham energi Amerika Serikat memicu aksi jual yang lebih banyak dibandingkan saham-saham dari sektor lainnya. Akibatnya pekan depan investor berencana beralih ke saham sektor lain yang lebih menguntungkan sambil melihat apakah sektor energi dapat keluar dari keterpurukan.

Seperti dilansir Reuters, pendapatan saham-saham sektor energi pada kuartal III 2014 terlihat suram. Proyeksi pertumbuhan laba saham energi S&P 500 menurun lebih besar dibandingkan saham-saham sektor lainnya. Data Thomson Reuters menunjukkan bahwa sejauh ini laba saham sektor energi hanya berhasil naik 1,8 persen, lebih sedikit dari prediksi kenaikan sebesar 13,8 persen yang dibuat Juli 2014.

Nilai saham energi menurun sebesar 9,2 persen di kuartal III 2014. Selain itu, daftar saham-saham energi yang terdaftar di S&P 500 diperkirakan akan menurun menuju angka 3,6 persen pada tahun 2014. Kondisi ini merupakan performa terburuk dibandingkan sektor-sektor lainnya yang terdaftar di S&P 500.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan nilai saham ini juga diperparah dengan anjloknya harga-harga minyak, melemahnya permintaan minyak global, dan meningkatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat. Dengan beberapa perusahaan minyak dunia yang akan mengumumkan laporan keuangannya pekan depan seperti Exxon Mobil, Chevron, Conoco-Phillips, serta National Oilwell Varco, ada kemungkinan penurunan harga minyak serta jatuhnya nilai saham-saham energi telah berkontribusi memberikan outlook yang berlebihan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Quincy Krosby, Market Strategist dari Prudential Financial mengatakan bahwa pasar menginginkan berita baik yang datang dari sektor ini, karena hal tersebut akan berperan dalam menyesuaikan permintaan global.

Lebih lanjut lagi, sektor energi selama 20 pekan terakhir telah turun pangkat dari pemimpin pasar menjadi sektor yang tertinggal dibanding sektor lainnya menurut Relative Rotation Graph Study. Sektor energi yang terdaftar di S&P naik sebesar 6 persen dari 15 Oktober, sedangkan S&P 500 naik 5,5 persen sejak titik terendah 15 Oktober 2014.

Para analis menginginkan adanya permintaan dari industri energi serta konstruksi untuk mempercepat beberapa sektor perekonomian lainnya di Amerika Utara. Selain itu, dengan menurunnya estimasi laba bagi sektor energi, pelipatan price-to-earnings sektor ini berada di antara sektor-sektor yang terlemah di dalam S&P 500, yaitu sebesar 14,3 kali lipat menurut data Thomson Reuters.

Ketua Investment Officer di Cabot Money Management Robert Lutts mengatakan bahwa pertumbuhan laba di sektor energi akan membaik di jangka panjang.

Data Reuters menunjukkan bahwa proyeksi pendapatan S&P 500 Energy akan menurun sebesar 4,3 persen pada kuartal IV 2014, lebih kecil 6,1 persen dari ekspektasi analis pada Juli 2014 yang sebesar 10,4 persen.

Tahun depan pertumbuhan laba bagi sektor ini diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 1,8 persen. Jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan seluruh sektor di S&P 500 yang rata-rata sebesar 11,1 persen, maka proyeksi pertumbuhan laba sektor energi adalah yang paling lemah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER