BISNIS

Kinerja Kuartal III Medco Jeblok

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 23:55 WIB
Perusahaan milik Arifin Panigoro ini mencatatkan penurunan laba 9,97 persen atau US$ 551,94 juta dibanding tahun lalu pada periode yang sama US$ 613,08 juta.
Ilustrasi aktivitas pengeboran minyak. (Antara Foto/Dedhez Angara)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Medco Energi Internasional Tbk mencatatkan kinerja yang buruk hingga kuartal III 2014. Pendapatan usaha Medco tercatat sebesar US$ 551,94 juta turun 9,97 persen dibanding pendapatan periode yang sama tahun lalu US$ 613,08 juta. Angka penjualan perseroan juga menurun 19,9 persen dari US$ 652,2 juta menjadi US$ 522 Juta.

Manajemen Medco melansir, buruknya kinerja disebabkan oleh turunnya harga rata-rata minyak yang dijualnya dari US$ 108,5 per barel menjadi US$ 106,3 per barel. "Tren ini mengikuti penurunan minyak dunia," ujar Presiden Direktur Medco Lukman Mahfoedz dalam siaran pers, Rabu (29/10).

Meskipun perusahaan besutan Arifin Panigoro ini sudah berhasil menekan 10 persen beban operasional ke angka US$ 61,1 juta, tetap tak mampu menggenjot laba bersih perseroan yang hingga akhir September 2014 berada di US$ 9,51 juta atau menurun sekitar 4,9 persen dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun lalu US$ 10 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau begitu manajemen tetap optimistis kinerja perseroan akan membaik berkat pengembangan sejumlah proyek migas yang tengah dikerjakan.

"Penyelesaian Proyek Senoro sudah mencapai 87% dan akan mencapai Mechanical Completion di awal 2015. Sementara konstruksi kilang Donggi Senoro LNG telah selesai dan saat ini sedang dalam tahap uji coba (commissioning). Nantinya akan disusul proyek-proyek lain seperti Block A, Simenggaris, Libya dan Tunisia di kurun waktu 2017 – 2019," tambah Lukman.

Selain proyek Donggi-Senoro, manajemen juga berharap besar pada sejumlah kontrak penjualan gas yang sudah diteken perseroan bersama PT PLN (Persero) dan PT MEPPOGEN. Terlebih ketika harga jual gas perseoan saat ini berada di kisaran US$ 5,6 per mmbtu atau naik 9 persen dari US$ 5,1 per mmbtu.

"Perseroan telah menunjukkan komitmen dengan terus mengembangkan pasar gas domestik dengan menandatangani dua Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan kedua perusahaan tersebut. Dimana pasokan gas akan digunakan untuk pembangkitan listrik di wilayah Kalimantan Utara dan Sumatera Selatan," kata Lukman.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER