Jakarta, CNN Indonesia -- Laba bersih konsolidasi PT Astra International Tbk (ASII) meningkat sebesar 8 persen selama sembilan bulan pertama 2014 menjadi Rp 14,49 triliun dari sebelumnya Rp 13,46 triliun. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya pendapatan terutama dari bisnis agribisnis dan kontrak pertambangan masing-masing sebesar 107 persen dan 40 persen.
Beberapa sektor bisnis grup Astra yang mengalami pertumbuhan laba bersih adalah sektor jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, sampai teknologi informasi. Kenaikan terbesar terjadi pada sektor agribisnis yang jumlahnya meningkat sebanyak 107 persen dari Rp 728 miliar di kuartal III 2013 menjadi Rp 1,5 triliun pada kuartal III 2014.
Laba bersih sektor ini disumbang oleh anak usaha PT Astra Agro Lestari yang bisa membukukan laba hingga Rp 1,9 triliun, atau meningkat sebesar 109 persen. Selain Itu, kenaikan terbesar juga dialami oleh sektor alat berat dan pertambangan yang naik dari Rp 2,07 triliun di kuartal III 2013 menjadi Rp 2,9 triliun pada kuartal III 2014 atau sebesar 40 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara penurunan laba bersih terjadi pada bisnis infrastruktur, logistik, dan lainnya yang angka penurunannya mencapai 26 persen dari Rp 339 miliar di kuartal III tahun lalu menjadi Rp 252 miliar di kuartal III 2014.
"Penurunan laba disebabkan oleh banyaknya proyek-proyek pembangunan yang sedang dijalankan, seperti proyek jalan tol Kertosono-Mojokerto yang dilakukan oleh PT Marga Mandala Sakti dan pembangunan proyek hunian premium yang dilaksanakan oleh Anandamaya Residences," kata Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International melalui siaran pers, Kamis (30/10).
Selain sektor usaha infrastruktur dan logistik, penurunan laba juga terjadi di sektor otomotif. Laba bersih sektor ini turun sebanyak Rp 987 miliar atau 14 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan mobil Astra yang turun sebesar tiga persen sebagai implikasi dari perang harga yang terjadi pada industri mobil.
Prijono memperkirakan kinerja perusahaan tidak akan banyak berubah hingga akhir tahun mengingat masih akan ada tantangan kompetisi yang ketat pada bisnis kendaraan roda empat dan penurunan harga batubara.