PROGRAM PEMERINTAH

Hilirisasi Industri Hadapi Banyak Tantangan

CNN Indonesia
Jumat, 31 Okt 2014 13:43 WIB
Penyaluran modal yang tidak tepat sasaran, perencanaan kawasan industri yang kurang matang, serta kurangnya infrastruktur pendukung menjadi hambatan hilirisasi.
Mekanik sedang bekerja merakit mobil. (detikFoto/Dikhy Sasra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku industri sepakat bahwa pelaksanaan hilirisasi industri yang berbasis bahan baku ekstraktif sangat penting bagi perekonomian Indonesia ke depan. Hilirisasi industri ini akan menciptakan nilai tambah yang besar dan akan meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasioal.

Hal tersebut diutarakan oleh perwakilan asosiasi-asosiasi industri berbagai sektor yang berkumpul di gedung Kamar Dagang Indonesia (KADIN) pada hari Jumat (31/10). Mereka menyampaikan pernyataan ini dihadapan Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Ketua Satgas Hilirisasi Industri KADIN Didie Suwondo menyatakan bahwa hilirisasi industri akan meningkatkan daya saing industri lokal mengingat selama ini Indonesia selalu mengekspor bahan baku ekstraktif secara langsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita selama ini mengekspor barang-barang yang sifatnya masih mentah sehingga perkembangan industri terbilang cukup stagnan. Perlu ada kebijakan yang mengakomodasi hal ini, seperti larangan ekspor bijih mineral dan menggalakkan pembangunan smelter yang saya rasa akan meningkatkan nilai tambah barang mineral kita," kata Didie.

Selain itu, dia menilai hilirisasi yang baik akan tercipta jika industri hulu sudah dikelola dengan baik. "Kita ini punya keunggulan di sumber daya alam. Kalau pengolahan di upstream baik, maka proses downstream-nya juga akan membaik." tambahnya.

Tantangan Hilirisasi

Namun, hilirisasi industri ini akan menghadapi banyak tantangan diantaranya adalah penyaluran modal yang tidak tepat sasaran, perencanaan kawasan industri, serta kelengkapan infrastruktur pendukung.

Kosasih, Perwakilan Asosiasi Industri Komponen Otomotif menilai sarana pengangkutan dan transportasi yang efisien perlu dipikirkan mengingat hal ini akan menentukan besar kecilnya biaya operasional.

"Semakin mudah aksesibilitas pengiriman bahan baku ke lokasi industri, maka akan menurunkan biaya operasional industri juga. Maka dari itu saya mohon kepada pemerintah untuk memikirkan masalah transportasi dan infrastruktur, terutama bagi industri yang ada di pedesaan" ujar Kosasih.

Sementara Safari Azis, Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mengatakan bahwa tidak tepatnya penyaluran modal juga bisa menghambat pelaksanaan hilirisasi industri.

"Di daerah saya ada bantuan dana pemerintah untuk meningkatkan produksi kakao, tapi wilayah saya kan bukan wilayah produksi komoditas tersebut. Dana bantuan harus sesuai dengan kondisi potensi yang terdapat di wilayahnya masing-masing", kata Safari.

Menanggapi gagasan hilirisasi industri, Menteri Perindustrian Saleh Husin berpendapat bahwa ide ini memang menjadi prioritas Kementerian Perindustrian karena pemerintah ingin agar barang-barang industri lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. "Selain kita ekspor, hasil hilirisasi industri ini juga harus digunakan secara domestik. Ya istilahnya jadi tuan rumah di negeri sendiri" ujar Saleh.

Sedangkan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel berpendapat bahwa hilirisasi industri juga harus dibarengi dengan peningkatan potensi konsumsi, sehingga Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan berencana membangun lima ribu pasar selama lima tahun ke depan agar produk-produk industri hilir kecil bisa disalurkan.

Banyaknya tantangan tak membuat pemerintah gentar dalam melaksanakan agenda besar ini. "Kita akan terus berjuang. Maka dari itu kami butuh kepercayaan dari para asosiasi industri agar kita bisa segera merealisasikan hal ini" ujar Rahmat.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER