Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen pada kuartal III 2014 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (
year on year). Artinya perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,12 persen secara tahunan.
Secara triwulan (
month to month) ekonomi Indonesia pada kuartal III 2014 tumbuh 2,96 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Dengan demikian, selama periode Januari-September 2014 ekonomi tumbuh 5,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2013.
Sementara Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.619,9 triliun, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya Rp 2.483,8 triliun maupun kuartal III 2013 sebesar Rp 2.359 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala BPS Suryamin menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan. Sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan Jepang, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor.
"Ekonomi Tiongkok turun dari 7,8 persen pada kuartal II 2014 menjadi 7,3 persen, sedangkan Jepang turun dari 2,4 persen menjadi minus 0,2 persen," kata Suryamin di Jakarta, Rabu (5/11).
Faktor lainnya kata Suryamin, anjloknya harga komoditas ekspor dalam setahun terakhir juga menarik turun pertumbuhan ekonomi nasional. Terutama untuk komoditas pertanian dan perkebunan seperti cokelat dan kelapa sawit.
Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada industri pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 6,74 persen. Musim kemarau yang mulai berkurang dinilai menjadi faktor pendorong pertumbuhan industri tersebut.
"Tertinggi berikutnya secara kuartalan sektor jasa-jasa 3,71 persen dan konstruksi 3,27 persen," katanya.
Apabila dibandingkan dengan kuartal III 2013, sektor pengangkutan dan komunikasi memimpin dengan pertumbuhan 9,01 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 6,52 persen dan konstruksi 6,28 persen.
"Meningkatnya sektor pengangkutan dan komunikasi karena ada libur Lebaran dan puasa," jelas Suryamin.
Sementara untuk sektor konstruksi, Suryamin menilai meskipun tumbuh relatif stagnan karena harga barang-barang konstruksi tidak setinggi kuartal sebelumnya. "Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian masih melanjutkan tren penurunan karena ada pembatasan ekspor mineral dan batubara," ujarnya.
Belanja Pemerintah RendahDari sisi pengeluaran, BPS mencatat konsumsi rumah tangga masih mendominasi dengan menyumbang 2,96 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh 2,78 persen secara kuartalan atau tumbuh 5,44 persen dalam setahun (
year on year).
"Konsumsi rumah tangga masih tinggi karena ada puasa dan lebaran, tetapi turun sedikit dibanding tahun lalu karena faktor Pemilihan Umum yang sudah berakhir serta turunnya penjualan ritel motor dan mobil," katanya.
Penyumbang terbesar kedua adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi langsung di luar sektor migas sebesar 0,99 persen. Secara kuartalan tumbuh 1,66 persen atau 4,02 persen (
year on year).
Untuk konsumsi pemerintah, Suryamin mengatakan secara kuartalan tumbuh 11,12 persen seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah di kuartal III. Secara tahunan belanja pemerintah tumbuh 4,37 persen sejalan dengan meningkatnya belanja bantuan sosial.
"Tapi dibandingkan dengan tahun lalu turun. Secara umum sumbangannya terhadap PDB hanya 0,33 persen," ujarnya.
Sementara ekspor dan impor perannya menurun, masing-masing pertumbuhannya minus 0,7 persen dan minus 3,63 persen. Keduanya menarik ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing minus 0,32 persen dan minus 1,28 persen.
"Pulau Jawa masih mendominasi, tapi
share-nya turun dari 58,69 persen pada kuartal III 2013 menjadi 58,51 persen. Diikuti Sumatera yang juga turun dari 23,74 persen menjadi 23,63 persen, Kalimantan turun dari 8,31 persen jadi 8,21 persen. Sedangkan Sulawesi meningkat dari 4,85 persen jadi 4,97 persen dan wilayah lainnya naik dari 4,41 persen jadi 4,68 persen," kata Suryamin.