Jakarta, CNN Indonesia -- PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) menargetkan pertumbuhan pembiayaan hingga 60 persen pada tahun depan, dengan estimasi komitmen pendanaan infrastruktur sekitar Rp 8 triliun. Untuk mendukung target tersebut, SMI berencana menerbitkan obligasi rupiah sebesar Rp 1 triliun pada paruh kedua tahun depan sekaligus mengharapkan suntikan modal negara hingga Rp 2 triliun.
"Target komitmen pembiayaan tahun ini Rp 5 triliun, tapi realisasinya mungkin bisa sampai Rp 5,2 triliun. Sedangkan target 2015 sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun," ujar Emma Sri Martini, Direktur Utama Sarana Multi Infrastruktur kepada CNN Indonesia, Rabu (5/11).
Menurut Emma, sektor infrastruktur yang dibiayai SMI semakin beragam mulai dari infrastruktur telekomunikasi, pengairan, pelabuhan, bandara, hingga ketenagalistrikan. "Tahun ini kurang lebih ada 28 debitur yang kita danai, dengan portofolio total komitmen Rp 5,2 triliun," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arah pembiayaan SMI, kata Emma, juga akan disesuaikan dengan konsep pembangunan pemerintahan Joko Widodo yang fokus pada pengembangan ekonomi maritim. Proyek-proyek yang dinilai cocok untuk didanai oleh SMI antara lain pelabuhan berikut sarana dan prasarananya, seperti listrik, pengairan, hingga terminal peti kemas.
"Kami akan perbanyak kerjasama dengan PT Pelabuhan Indonesia II dan III," katanya.
PendanaanUntuk mendukung kinerja perseroan pada 2015, Emma mengatakan SMI akan mengoptimalkan penarikan pembiayaan dari pasar maupun perbankan, serta mengharapkan penyertaan modal negara (PMN).
"Untuk PMN mudah-mudahan tahun depan dapat Rp 2 triliun. Selain itu kita akan terbitkan obligasi Rp 1 triliun. Masih tentatif kemungkinan semester kedua, ditambah kredit komersial dari perbankan luar negeri yang menyesuaikan dengan kebutuhan," ujarnya.
Emma mengungkapkan SMI juga mempertimbangkan penerbitan obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat atau
global bond guna mendapatkan dana segar. Namun, kondisi tahun depan sepertinya belum memungkinkan bagi perseroan mengingat aset penjaminan dan potensi nilai penerbitan belum ekonomis.
"Untuk menerbitkan
global bond maka nilainya harus ekonomis dan
underlying harus
secure, minimal US$ 300 juta sampai US$ 500 juta. Paling cepat kita terbitkan
global bond tahun 2016," katanya.
Dia menambahkan dengan keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta keuangan BUMN untuk menutup kebutuhan pendanaan infrastruktur yang sangat besar, maka peran pendanaan SMI cukup membantu. Terutama untuk mendanai proyek-proyek kerjasama pemerintah dan swasta (KPS).