Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pengamat energi mendesak PT Pertamina (Persero) dan Badan
Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperketat pengawasan distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini mengingat realisasi distribusi BBM subsidi hingga akhir Oktober kemarin sudah mencapai 39,07 juta kilo liter (kl) atau menyisakan sekitar 7 juta kl dari pagu APBPN-P 2014 di angka 46 juta kl.
"Jelas, harus diawasi ketat. Kalau tidak, kuota BBM makin jebol dan angka subsidi kian melonjak," ujar Pengamat Energi ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro kepada CNN Indonesia, Rabu malam (5/11).
Berdasar catatan Pertamina, di sepuluh bulan terakhir pihaknya sudah menyalurkan BBM bersubsidi mencapai 39,07 juta kilo liter (kl) atau 86,1% dari batas kuota APBPN-P di 46 juta kl. Angka tersebut terdiri dari Premium yang sudah tersalurkan sebesar 24,92 juta KL atau 85,1% dari angka kuota. Sedangkan Solar di kisaran 13,38 juta kl atau 88,2% dari batas kuota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika tak ada pembatasan, Pertamina pun memprediksi kuota BBM bersubsidi akan jebol sebesar 1,9 juta kl pada akhir tahun. "Jika tidak ada upaya untuk mengerem konsumsi BBM secara drastis maka jatah BBM subsidi seperti Solar habis pada 15 Desember. Sementara Premium bakal habis pada 25 Desember tahun ini," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir.
Meski dibayangi jebolnya kuota, Ali mengklaim pasokan BBM bersubdisi masih aman hingga beberapa minggu kedepan. Rinciannya, Premium yang masih cukup hingga 16 hari kedepan, Solar sekitar 19,8 hari, sementara Pertamax mencapai 36,7 hari. Sedangkan stok Pertamax Plus diketahui mencapai 31,7 hari, dan Pertamina Dex hingga 88,7 hari.
"Pertamina menjamin stok BBM aman. Tapi masyarakat diharapkan membeli BBM sesuai dengan kebutuhan normal," tutur Ali.
Seiring dengan menipisnya kuota, Pemerintah memastikan bakal menaikan harga BBM bersubsidi sebelum akhir November 2014. Pemerintah pun telah mengantongi sejumlah skema kenaikan mulai dari Rp 1.500 per liter hingga Rp 3.000 per liter. "Yang pasti (kenaikan) dalam bulan ini," ungkap Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Sofyan Djalil beberapa waktu lalu.