KINERJA KEUANGAN

Delapan Jurus Garuda Pangkas Kerugian

CNN Indonesia
Kamis, 13 Nov 2014 16:51 WIB
Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menyiapkan delapan strategi untuk memangkas kerugian sampai akhir 2014.
Salah satu cara Garuda Indonesia memangkas kerugian adalah menghentikan penggunaan pesawat Boeing seri 737. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan kerugian sebesar US$ 204,65 juta setara Rp 2,5 triliun di kuartal III tahun 2014, naik 528,14 persen dibandingkan rugi periode yang sama di 2013 sebesar US$ 32,58 juta atau Rp 397,49 miliar. Manajemen Garuda menjelaskan faktor depresiasi nilai tukar rupiah, serta masih tingginya harga bahan bakar menjadi pendorong utama meningkatnya biaya operasional perseroan yang menggerus pendapatan yang dihasilkan.

Jika biaya operasional Garuda tidak meningkat drastis, sesungguhnya kinerja perseroan cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat dari peningkatan jumlah penumpang dan kargo yang dilayaninya. Hingga kuartal III tahun 2014, Garuda berhasil mengangkut 20,9 juta penumpang atau tumbuh 15,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain peningkatan penumpang, Garuda juga berhasil meningkatkan jumlah angkutan kargo sebesar 15,4 persen menjadi 292.888 ton. Naiknya jumlah penumpang dan kargo yang diangkut, perseroan berhasil membukukan pendapatan operasi sebesar US$ 2,8 miliar atau tumbuh 4,3 persen dibandingkan posisi kuartal III 2013.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapi karena nilai tukar rupiah yang terdepresiasi dan harga avtur yang tinggi, itu semua menekan pendapatan kami. Biaya pembelian avtur merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar mencapai 40 persen,” ujar Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda Indonesia melalui siaran pers yang dikutip, Kamis (13/11).

Selain faktor harga avtur dan nilai tukar, Emir menyalahkan lambatnya pengembangan infrastruktur transportasi udara nasional sehingga berdampak pada tidak efisiennya operasional penerbangan maskapai. Kondisi ini diperparah dengan semakin banyaknya maskapai low cost carrier (LCC) di Asia Pasifik dan maskapai asal Timur Tengah yang melakukan ekspansi sehingga menggerus penumpang potensial Garuda.

Tidak hanya itu, Emir juga menuding investasi pengembangan anak usaha LCC PT Citilink Indonesia dalam dua tahun terakhir turut menekan kinerja perusahaan. "Meskipun investasi itu untuk memperkuat fondasi dan fundamental  perusahaan, sehingga dapat menjadi maskapai yang kompetitif ke depan khususnya dalam menghadapi ASEAN Open Sky 2015," ujarnya.

Sampai akhir September 2014, Garuda dan Citilink mengoperasikan sebanyak 160 pesawat dengan rata-rata usia 4,7 tahun. Pesawat yang dioperasikan Garuda terdiri dari 99 pesawat jenis narrow body (B737-800NG, CRJ1000, ATR72-600, B737-300/500) dan 28 pesawat jenis wide body (B777-300ER, A330-300, A330-200, B747-400). Sementara Citilink mengoperasikan 33 pesawat narrow body (A320-300, B737-300).

Delapan Jurus

Untuk dapat mengurangi jumlah kerugian sampai akhir tahun, Emir memastikan manajemen Garuda akan melakukan sedikitnya delapan perbaikan yaitu menunda membuka rute internasional dan memperkuat layanan di pasar domestik, menutup rute penerbangan yang merugi, menghentikan penggunaan pesawat Boeing seri 737 lama yang boros bahan bakar, dan menunda kedatangan pesawat yang telah dipesan.

Tiga jurus lainnya adalah memaksimalkan penjualan kursi melalui aliansi maskapai global SkyTeam, meningkatkan kegiatan penjualan dan pemasaran dengan lebih agresif khususnya untuk penumpang corporate, bisnis, dan wisata, serta mengurangi belanja modal 2014 hingga US$ 54 juta.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER