Jakarta, CNN Indonesia -- Selama Januari-September 2014, PT Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar US$ 204,65 juta atau setara Rp 2,49 triliun jika dihitung menggunakan kurs Rp 12.200 per dolar. Angka tersebut membengkak 528,14 persen dibandingkan jumlah kerugian periode yang sama di 2013 sebesar US$ 32,58 juta atau Rp 397,49 miliar.
Dengan waktu dua bulan tersisa sampai akhir tahun, sepertinya mustahil bagi manajemen perseroan untuk dapat mewujudkan amanat mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang ingin jumlah kerugian Garuda tidak sampai Rp 1,5 triliun di akhir 2014.
Laporan keuangan kuartal III 2014 Garuda menyebutkan selama sembilan bulan perseroan membukukan pendapatan US$ 2,8 miliar naik 4,47 persen dibandingkan pendapatan periode yang sama di 2013 sebesar US$ 2,68 miliar. Pendapatan terbesar Garuda berasal dari layanan penerbangan berjadwal sebesar US$ 2,47 miliar diikuti pendapatan penerbangan tidak berjadwal US$ 107,12 juta dan pendapatan lainnya US$ 220,38 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, naiknya beban usaha sebesar 13,38 persen menjadi US$ 3,05 miliar dari sebelumnya US$ 2,69 miliar ditambah kerugian akibat selisih kurs sebesar US$ 6,6 juta dan potongan pajak, membuat pendapatan tersebut menjadi minus.
Dari pos beban operasional penerbangan, Garuda tercatat paling banyak mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar. Sampai September 2014, uang yang harus dikeluarkan maskapai pelat merah itu untuk membeli avtur sebanyak US$ 1,17 miliar naik 15,84 persen dibandingkan biaya avtur sampai September 2013 sebesar US$ 1,01 miliar.
Pagi tadi di acara rapat tahunan Indonesia National Air Carriers Association (INACA) di Hotel Borobudur Jakarta, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar enggan mengomentari kinerja keuangan maskapai yang dipimpinnya tersebut. "Nanti sore juga laporan keuangan kami muncul," ujar Emir sambil berlalu.
Jumat (14/11) besok, Garuda dijadwalkan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang kemungkinan besar akan dilanjutkan dengan paparan kinerja kuartal III 2014.
Sayangnya, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar mengenai kinerja Garuda yang tidak kunjung membaik. September lalu, Dahlan telah mewanti manajemen Garuda untuk dapat memangkas kerugian yang dialami perseroan sampai semester I 2014 sebesar Rp 2,44 triliun menjadi kurang dari Rp 1,5 triliun di akhir tahun. Dahlan ketika itu meminta manajemen membuat terobosan untuk mengurangi kerugian tersebut.