Jakarta, CNN Indonesia -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah makin benderang meski belum ketahuan waktu pelaksanaannya. Begitu pun nilai kenaikannya.
Tapi Bank Indonesia (BI) sudah memperhitungkan dampak kenaikan tersebut terhadap perekonomian, khususnya inflasi. BI menghitung, setiap kenaikan Rp 1.000 maka inflasi akan bertambah 1,3 persen.
“Jadi kalau seandainya meningkat harganya Rp 3.000 maka akan ada tambahan inflasi 3,9 persen," ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di kantornya, di Jakarta, Kamis (13/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, kata Agus, jika inflasi tahun ini diperkirakan menyentuh batas atas dari asumsi 4,5 persen plus minus 1 persen, maka ada potensi inflasi menyentuh level 8,4 persen.
Untuk mengendalikannya, BI akan meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta melakukan pembauran kebijakan makroprudensial.
"Kalau ada kenaikan BBM kami meyakini dampaknya akan temporer atau sesaat, dalam 3-4 bulan akan kembali normal," katanya.
Syaratnya, kata Agus, pemerintah sebaiknya menaikkan harga BBM sekaligus saja, tidak bertahap. Ini agar dampaknya terhadap inflasi cukup sekali saja.
Kenaikan BBM bersubsidi ini sepertinya menunggu kepulangan Presiden Joko Widodo dari kunjungan luar negeri. Begitu kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said pada Selasa (11/11) lalu. (Baca: Harga BBM Naik Setelah 16 November 2014)